KUNINGAN BB.Com– Pemerintah daerah Kab. Kuningan melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga kembali mendorong sekolah untuk mensukseskan program literasi sekolah. Sebagai bagian dari komitmen Kabupaten Pendidikan, gerakan literasi sekolah atau GLS salah satu kegiatannya adalah sekolah-sekolah menerapkan budaya baca bagi semua warga sekolah, termasuk guru dan kepala sekolah. Apalagi hal ini sesuai dengan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 yang mengamanahkan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan program membaca harus masuk ke dalam program sekolah. Di Kab. Kuningan sendiri, sudah banyak sekolah yang melaksanakan program budaya membaca, salah satunya adalah SMPN 2 Garawangi.
“Kami sangat mengapresiasi sekolah-sekolah di Kab. Kuningan yang telah melaksanakan program membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, terlebih jika program tersebut mendapatkan dukungan dari komite sekolah dan orang tua siswa, ini menjadi bahan semangat bagi kami untuk mendorong sekolah-sekolah lainnya dalam membuat program literasi sekolah” ujar Drs. Suharso, M.Pd Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kuningan, ketika ditemui di Hotel Ayong pada saat membuka acara pelatihan calon fasilitator gugus, selasa (09/08).
Kepala SMPN 2 Garawangi, Dedi Parisa Heriandi, M.Pd mengatakan bahwa gerakan literasi sekolah yang mencakup kegiatan pembiasaan membaca dan menulis tersebut terbantu dengan adanya program USAID PRIORITAS, ”beberapa sekolah yang sudah menerapkan budaya baca memang merupakan mitra USAID PRIORITAS, tetapi kami akan terus melaksanakan program literasi sekolah ini walaupun program USAID PRIORITAS sudah berakhir di Kab. Kuningan, kami bangga ditunjuk menjadi sekolah rujukan literasi sekolah di Kab. Kuningan” ujarnya.
Libatkan orang tua siswa
Ditambahkan Dedi, bahwa untuk mengembangkan program literasi sekolah salah satunya melalui resensi buku bacaan, suplai buku, kunjungan ke perpusda dan membuat jurnal atau buletin, ”kami terus berbenah untuk mensukseskan program literasi sekolah ini, semua demi kemajuan sekolah. Anak-anak dan guru harus dibiasakan dalam membaca buku serta menulis resensi dari buku yang dibaca” ujarnya.
Keberhasilan sekolah ini dalam menyelenggarakan gerakan literasi sekolah, karena tidak terlepas dari dukungan komite sekolah dan orang tua siswa. Menurut Nanek, S.Pd ketua program gerakan literasi sekolah, bahwa saat sekarang ini sekolahnya sudah mendapatkan dukungan penuh dari orang tua.
“Ini menjadi penting, agar semua terlaksana dengan baik, yaitu dukungan orang tua siswa dalam program gerakan literasi, orang tua siswapun banyak menyumbang buku bacaan yang nantinya buku tersebut oleh anak-anak mereka di sekolah” ungkap Nanek.
Dari pengamtan, setiap kelas yang dikunjungi nampak berjejer rapi buku-buku bacaan di sudut baca. Nampak para siswa aktif mencari buku yang disukai dari sudut baca, kemudian mencari tempat untuk membaca, salah seorang siswi tampak senang ketika membaca di ruang kelas, bagi mereka ini adalah hal yang baru, ”saya senang, karena sudah banyak buku bacaan tersedia di kelas, saya betah karena bukunya beragam, banyak baca buku dapat menyalurkan hobi saya menulis puisi” ujar Asnaul Husna, siswi kelas IX.
Jumlah buku yang dibaca
Siswa yang paling banyak membaca buku adalah Asnaul Husna kelas IX dengan 113 buah buku bacaan. Bahkan baru-baru ini, Asnaul Husna dinobatkan sebagai duta baca Disdikpora Kab. Kuningan oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama pada hari pendidikan nasional, 2 Mei 2016 lalu Selain siswa, guru dan staf juga tidak mau ketinggalan, mereka menghabiskan 1.201 buah buku dalam satu tahun terakhir ini.
Ditanya bagaimana kiat keberhasilan guru dan staf membaca buku, Arja, Koordinator Buletin Budaya Baca Massal mengatakan bahwa karena keteladanan ”semua berjalan baik karena keteladanan guru dan staf sekolah mencontoh membaca buku, di ruang staf pun tersedia banner dan buku-buku, bahkan di kantin pun guru terkadang sambil membaca buku, sehingga anak-anak tertarik untuk membaca buku” pungkasnya. [Ahmad Syaiful Bahri]