Oleh : Teddy Guswana (redaksi Bandung Berita.com)
Konsistensi kepemimpinan seorang pejabat akan sangat terlihat ketika dia akan memasuki masa akhir jabatan. Tidak sedikit ketika seorang pejabat akan memasuki masa akhir jabatan, ia tidak akan lagi terlihat aktif dan dinamis menjalankan kepemimpinannya. Ada syndrom yang secara psikologis mangakibatkan dirinya tidak lagi terlihat aktif dimasa masa terakhir kepemimpinan. Syndrom ini yang sering mengakibatkan seseorang menjadi malas untuk melakukan kinerja kepemimpinan karena akan kehilangan pamor dan reputasi.
Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi jika saja seorang pejabat memiliki komitmen dan konsisten untuk melaksanakan tugas tugasnya hingga masa jabatannya berakhir. Ini jelas tantangan. Begitupun bagi bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan yang tinggal lima bulan lagi akan memasuki masa akhir jabatan sebagai bupati, maka tetap diperlukan konsistensi dan komitmen untuk terus bebenah hingga persoalan persoalan yanag dihadapi kabupan Bandung Barat, baik persoalan kemasyarakatan maupun persoalan fisik infrastrutkur bisa diperkecil.
Tampaknya tantangan itu berusaha dijawab oleh Hengky. Dari pencermatan selama ini, ada kesan Hengky semakin rajin turun ke lapangan untuk berkomunikasi dengan masyarakat warga Bandung Barat dan memantau kekurangan kekurangan fisik infrastruktur diantaranya di bidang insrastruktur jalan, pendidikan, penataan rumah tidak layak huni. Paling tidak, Hengky berusaha meminimalisir persoalan persoalan yang masih banyak di Bandung Barat.
Memang patut diakui, bahwa pekerjaan rumah Hengky selaku bupati masih cukup bertumpuk, sehingga tidak akan selesai secara dalam waktu dekat. Namun minimal persosalan persoalan itu diupayakan untuk bisa terus berkurang dari waktu ke waktu. Alokasi anggaran pun tentunya menjadi penentu sejauh mana persoalan persoalan itu bisa diselesaikan.
Sisa 5 bulan masa jabatan bupati bukanlah waktu yang panjang. Tetapi ketika hal itu disadari sebagai sebuah tantangan untuk memanfaatkan sisa waktu untuk terus membangun wilayah, maka waktu yang pendek itu diefektifkan mengejar ketertinggalan yang masih ada.
Memang, persoalan suatu wilayah apalagi kabupaten Bandung Barat yang masih relatif muda (belum genap 17 tahun) tentunya masih memerlkan intensitas pembangunan yang cukup tinggi. Dalam hal ini wajar jika persoalan persoalan itu menjadi tantangan tersendiri yang memerlukan tindakan kinerja yang berdasar pada etos kerja seorang pemimpin yang dalam hal ini bupati. Pada kondisi inilah ada kesan Hengky berusaha menhadapi tantangan itu, dan tentu saja perlu dukungan dari aparat dibawahnya dan adanya partisipas masyarakat, serta peran kalangan stakeholdrs yang ada di Bandung Barat.
Isu yang hingga kini terus berkembang, anggaran kabupaten Bandung Barat masih mengalami defisit. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap jalannya roda pembangunan KBB. Namun tentu saja bukan menjadi alasan untuk terjadinya keterlambatan pembangunan terutama pada bidang bidang yang dianggap krusial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini maka kebijakan pembangunan KBB didasarkan pada skala prioritas disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.
Defisit anggaran ini juga tentu menjadi tantangan tersendiri karena bagaimanapun pembangunan wilayah KBB tidak boleh stagnan. Tantangan untuk tetap memaksimalkan jalannya roda pembangunan dan layanan kepada masyarakat mesti tetap berjalan. Dalam hal ini maka etos kerja kepemimpinan seorang Hengky Kurniawan sangat diperlukan. Justru pada saat jelang berakhirnya masa jabatan ada tantangan yang sudah semestinya dijalankan untuk tidak henti membangun wilayah dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, jika melihat intensitas kinerja Hengky Kurniawan terutama dengan seringnya turba (turun ke bawah), maka hal ini bisa dipandang sebagai etos untuk memaksimal kinerja di sisa akhir jabatannya yang tinggal 5 bulan lagi.
Hengky tampaknya menyadari bahwa pembangunan KBB harus tetap berjalan optimal sesuai program program yang telah direncanakan sebagaimana digariskan didalam Rencana Pembangunan KBB. Dengan seringnya turun kebawah, maka akan diketahui wilayah mana yang memerlukan prirotas untuk dibangun segera dan apa yang menjadi keinginan masyarakat.
Apa yang dilakukan Hengky sekarang ini, jelas mencerminkan adanya itikad untuk tetap melaksanakan pembangunan wilayah KBB, baik untuk kepentingan kemajuan wilayah maupun untuk kepentingan masyarakat KBB, tidak terpengaruh oleh masa kepemimpinannya yang akan segera berakhir. Hal ini tentu patut diapresiasi karena etos kerja seorang Hengky, yang tentu saja akan bermuara kepada terjaganya kelangsungan pembangunan KBB.
Untuk saat ini, masyarakat KBB tampaknya tidak perlu berfikir tentang siapa nanti yang akan meneruskan kepemimpinan Bandung Barat. Apakah masih tetap Hengky Kurniawan atau yang lain, yang penting sekarang adalah bagaimana seluruh stakeholders KBB tetap memberikan dukungan kepada program program pembangunan pemda KBB agar tetap terjaga kelangsungannya dan berjalan kearah yang optimal.
Jelang berakhirnya kepempimpinan/menjadi bupati Bandung Barat bukan berarti semangat untuk membangun daerah ikut menurun, tetapi justru harus bisa menyelesaikan sisa program program yang telah direncanakan. Inilah tantanagn tugas yang seyogyanya bisa dijawab oleh seorang Hengky Kurniawan. (advertorial)