Pemkot Bandung Naikkan Anggaran Jalan Jadi Rp440 Miliar Demi Pemerataan Infrastruktur

Petugas Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung melakukan perbaikan jalan dengan metode tambal sulam aspal di salah satu ruas jalan kota. (dok/ist)

KOTA BANDUNG | BBCOM — Pemerintah Kota Bandung bersama DPRD Kota Bandung menaikkan anggaran peningkatan kualitas jalan pada tahun 2025 hingga mencapai Rp440 miliar, sebagai upaya pemerataan infrastruktur di seluruh wilayah kota, termasuk daerah pinggiran.

Peningkatan alokasi anggaran ini terungkap dalam program Parlemen Talks di Radio Sonata pada Selasa (17/6/2025), yang menghadirkan Anggota Komisi III DPRD Kota Bandung, Yoel Yosaphat, dan Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), Didi Ruswandi.

Yoel Yosaphat menegaskan pentingnya pemerataan kualitas jalan di seluruh penjuru Kota Bandung. Menurutnya, masih banyak ruas jalan yang kondisinya tidak layak dan bahkan membahayakan pengguna jalan.

“Ada yang sudah bagus dan nyaman dilalui, tapi tak sedikit yang bergelombang, rusak, dan bisa membahayakan,” ujar Yoel.

Ia menambahkan bahwa citra Kota Bandung sebagai kota yang indah seharusnya tidak hanya terbatas pada wilayah seperti Dago dan kawasan Asia Afrika.

“Kita harus pastikan seluruh jalan di Bandung memiliki standar kualitas yang sama, tidak boleh timpang,” tegasnya.

Untuk itu, Yoel mendorong sinergi antara DPRD, Pemkot, dan masyarakat guna mewujudkan jalan yang berkualitas di seluruh kota.

Di kesempatan yang sama, Kepala DSDABM Kota Bandung, Didi Ruswandi, menjelaskan bahwa peningkatan anggaran ini merupakan langkah penting meskipun belum sepenuhnya cukup.

“Kalau ingin semua jalan masuk kategori mantap, maka kebutuhan anggaran minimal harus terpenuhi,” katanya.

Ia mengungkapkan, tujuh tahun lalu anggaran peningkatan jalan pernah mencapai Rp970 miliar, namun sempat anjlok menjadi hanya Rp220 miliar. Tahun ini, Pemkot berhasil meningkatkan anggaran menjadi Rp440 miliar, hampir dua kali lipat dari sebelumnya.

Didi juga menyoroti masalah lain di sektor infrastruktur, yakni rusaknya banyak kirmir (struktur penahan tanah di tepi saluran air) akibat cuaca ekstrem dan keterbatasan lahan.

“Banyak kirmir yang jebol karena curah hujan ekstrem, dan ironisnya, di beberapa titik malah ditempati warga. Ini bisa menimbulkan risiko baru,” ujar Didi.

Sejak dibukanya hotline pengaduan jalan dan peluncuran aplikasi SIMKURING Kota Bandung, laporan kerusakan jalan dari masyarakat menurun drastis.

“Dulu dalam sehari bisa sampai 400 laporan masuk, sekarang hanya sekitar 3 sampai 6 laporan per hari,” ungkapnya.

Namun, Didi mencatat perubahan jenis laporan dari lubang jalan menjadi permukaan jalan bergelombang yang membutuhkan overlay (pelapisan ulang) untuk memperbaiki kualitas.

Warga Kota Bandung yang ingin melaporkan kerusakan jalan, saluran air, atau infrastruktur lainnya, dapat menggunakan layanan pengaduan DSDABM melalui hotline resmi atau aplikasi SIMKURING. (Elvin/hms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *