GRAK OMPIMPAH,  Menuju Masa Depan Kota Cimahi Bebas Sampah

Oleh : Teddy Guswana ( redaksi Bandung Berita )

​Persoalan sampah di hampir semua wilayah di negri ini senantiasa menjadi persoalan rumit yang membutuhkan inovasi inovasi dalam penanganan dan pengolahannya agar tidak memberikan dampak buruk terhadap kondisi lingkungan alam dan kondisi lingkungan masyarakat. Untuk hal ini, semua elemen masyarakat dituntut untuk terlibat didalamnya karena masalah sampah merupakan persoalan yang mesti diselesaikan bersama.

​Berbicara soal dampak buruk sampah terhadap lingkungan dan masyarakat, khusus di Kota Cimahi pernah terjadi pengalaman pahit yang terjadi pada tahun 2005 di TPA Leuwigajah. Tepatnya tgl 21 Februari 2005. Saat itu Tumpukan sampah di TPA Leuwigajah mengalami longsor yang meluluh lantakkan sekitar 143 rumah penduduk dan merengut sekitar 150 korban jiwa. Ini adalah sejarah persampahan paling  pahit yang terjadi di Cimahi. Wajar jika kemudian pemerintah menjadikannya sebagai momentum untuk terus diperingati dan menjadikan tanggal tragedi ini ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. 

​Apa yang digulirkan pemerintah tentu bukan untuk membuka lembaran pahit tragedi sampah di TPA Leuwigajah, tetapi justru untuk mengingatkan betapa bahayanya jika masalah sampah tidak ditangani secara intens serta untuk terus memberikan warning kepada masyarakat bahwa masalah sampah perlu terus ditangani secara inovatif dan bersama sama. 

​Memang tidak bisa dipungkiri, tidak ada satu daerah pun apalagi daerah perkotaan yang tidak memiliki masalahasampah, termasuk kota Cimahi. Soalnya, masalah sampah tidak bisa dilepaskan dari perkembangan penduduk suatu kota. Artinya, jika di suatu kota penduduknya terus bertambah, maka volume sampah pun akan terus meningkat. Kota Cimahi pun, ketika kota ini dihuni oleh penduduk yang terus bertambah,  maka peningkatan volume sampah pun akan terus bertambah dalam ukuran tonase yang semakin besar.

​Pada kondisi seperti itu, pemerintah kota (Cimahi) memang dituntut untuk men jadi garda terdepan dalam mengatasi permasalahan sampah.   Tetapi garda terdepan ini tidaklah akan efektif jika tidak didukung oleh seluruh elemen masyarakat kota. Artinya masyarakat kota Cimahi sudah semestinya turut bergerak guna menyelesaikan persoalan sampah kota yang hingga saat ini masih memerlukan penanganan extra intensif.

​Pemimpin suatu kota pun, termasuk Walikota Cimahi mau tidak mau dituntut untuk terus menggerakkan masyarakat yang dipimpinnya dalam penanganan masalah sampah. Dalam kaitan ini, pada peringatan HPSN 2023, Walikota Cimahi melontarkan pernyataan bahwa parubahan paradigma masyarakat terhadap masalah sampah merupakan hal yang krusial dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

​Perubahan paradigma masyarakat dalam pengelolaan sampah memang sangat diperlukan mengingat volume sampah di kota ini masih relatif tinggi mencapai sekitar 275,45 ton per hari. Jumlah volume ini memang bisa dikatakan tinggi. Tetapi tentu bukan suatu kondisi yang harus dilihat dan dan dihadapi secara pesimis. Bagaimanapun pasti akan ada jalan keluar untuk menguranginya yang tentunya dengan bebagai inovasi, baik secara manual oleh seluruhmasyarakat maupun melalui teknis teknologis sehingganantinya sampah dapat dijadikan barang bemanfaat yang bernilai ekonomis.

​Salah satu inovasi yang dilakukan di kota Cimahi dalam penanganan masalah sampah adalah adanya gerakan yang dinamakan GRAK OMPIMPAH yang diartikan Gerakan Orang Cimahi Pilah Sampah. Gerakan ini bukan semata mata hanya sekedar jargon atau moto yang berkaitan dengan masalah sampah, tetapi dilaksanakan secara faktual melalui pembentukan kader di tingkat RW dan dilakukan pelatihan. Dengan demikian diharapkan penanganan sampah di kota Cimahi pelaksanaannya akan menyebar di setiap RW karena adanya kader kader yang sudah terlatih.

​Tentu saja gerakan itu tidak bisa secara instan akan bisa menyelesaikan masalah sampah dalam waku pendek. Tetapi paling tidak, dengan adanya kader kader terlatih melalui inovasi Grak Ompimpah, maka diharapkan penanganan masalah sampah akan bisa dilaksanakan secara efektif. Inovasi lainnya yang dikembangkan di kota Cimahi adalah penanganan dan pengelolaan menjadi kompos, pakan maggot dan adanya bank sampah Cimahi (Bank Samici).

​Dengan volume sampah kota Cimahi yang cukup relatif tinggi, memang hal ini merupakan masalah yang tidak mudah untuk diselesaikan. Tetapi jika kepemimpinan kota Cimahi mampu mengajak masyarakat untuk menangani sampah secara bersama sama, dan mampu menumbuhkan optimisme bahwa masalah sampah akan bisa diselesaikan, maka tentu gerakan penanganan sampah akan semakin intens dan solid, dan masa depan kota Cimahi bebas sampah akan bisa diwujudkan. 

Semoga saja tema yang digulirkan pada HPSN 2023 di kota Cimahi ‘Tuntas Kelola Sampah Untuk kesejahteraan” benar benar bisa terwujud dan ke depan menjadikan kota Cimahi sebagai kota bebas sampah. Semoga…(advertorial)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *