Cahaya Ramadhanku

Jika kita mendengar kata Ramadhan langsung  terbesit dipikiran kita bahwa itu adalah waktu khusus yang disediakan Allah untuk umat manusia yang beragama islam. Waktu di mana semua kebaikan dihitung berkali lipat pahalanya, bahkan tidur saja adalah ibadah.

Penulis: Ade Ariyanti/Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta

NAMUN godaan yang datang pun lebih kuat. Acap kali kita melalaikan waktu salat dengan alasan “tanggung” atau tidak bangun pada dini hari untuk melaksanakan sahur. Kita mengundur semua kewajiban itu dengan berbagai alasan.

Untunglah ada sosok yang tidak kenal lelah, seseorang yang senantiasa mengingatkan kita akan semua kewajibat tersebut. Dialah mamaku tersayang, Istiyanah. Wanita kelahiran Magelang yang tidak lupa akan kewajibannya sebagai istri. Wanita karier yang tidak kenal lelah untuk mengurus dan membesarkanku hingga saat ini.

Sudah tidak terhitung berapa banyak pengorbanannya untuk keluarga kami. Sejak ayah berhenti bekerja dan membuka usaha menjahit di rumah, semua beban keuangan di tangguhkan kepadanya. Namun ia tidak pernah mengeluh sama sekali.

Di saat-saat Ramadhan seperti ini, mama akan bekerja lebih keras dari biasanya. Mama akan bangun pada jam 3 pagi untuk menyiapkan sahur. Ia juga yang menjadi “alarm” untuk kami semua. Untuk adikku yang sulit bangun, mama akan dengan bertubi-tubi mencium pipinya sambil menggoyang-goyangkan badannya hingga ia terbangun.

Setelah itu, ia akan bersiap untuk belanja ke Tanah Abang, membeli barang dagangannya. Ia selalu berangkat berbelanja setelah waktu subuh. Hal ini sudah menjadi rutinitasnya setiap tahun. Alasannya adalah agar pulang lebih cepat dan barang baru bisa langsung dipajang hari itu juga. Ketika pulang dari toko, ia akan langsung memasak untuk makan malam, lalu salat tarawih, barulah beristirahat.

Mama biasanya akan beristirahat di depan televisi. Tidak jarang ia malah tertidur sambil menonton acara kesukaannya. Umurnya yang sudah tidak muda lagi membuatnya sering mengalami nyeri di sana-sini. Tidak jarang aku dan adikku mengurut kakinya yang sudah bermasalah sejak gadis. Dulu, mamaku pernah tertabrak motor yang menyebabkan kaki kanannya menjadi lemah jika harus digunakan terlalu sering dan inilah yang menjadi rasa khawatirku.

Hingga saat ini aku tidak mengerti datang dari manakah semua tenaga yang ia gunakan itu. Wajah lelahnya saat tertidur membuatku berpikir, “Mengapa ia tak pernah berkeluh-kesah?” atau “Bagaimana bisa ia sekuat itu mengurus semua hal sendirian?”. Namun dari semua itu hanya satu kalimat yang terlintas untuknya, mamaku sungguh wanita yang hebat.

Mama, terima kasih telah melahirkanku dan menjagaku hingga saat ini. Hanya dengan berbakti kepadamu yang bisa kulakukan. Jelas tidak bisa membalas semua pengorbanan yang telah kau limpahkan kepadaku selama ini. Karenamu, aku dapat hidup dengan layak, nyaman, dan aman. Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan dirimu. Sekali lagi, terima kasih mama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *