Botol Plastik Merupakan Sumber Rezeki

Siapa yang tak kenal dengan kata “Pemulung”? Kata “Pemulung” sering kali bermakna pekerjaan yang buruk dan menjijikan. Bertugas hanya mengumpulkan barang-barang bekas yang berserakan di jalan, pasar, ataupun di lingkungan yang penuh sampah. Namun bagi pemulung yang kerap dipanggil Misro, pekerjaan inilah yang menjadi sumber rezekinya. Bagaimana tidak,  di bulan ramadhan ini, pria yang berumur 20 tahun itu harus menafkahi istri dan anaknya yang masih balita. Tinggal di salah satu tempat pengumpulan botol plastik, tepatnya di dekat Stasiun Depok Baru, Jalan Plenongan, Depok.

Penulis :  Mochammad Aditya Putra P/Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Jurnalistik

Saat masa Sekolah Dasar, ia sudah merantau ke sana kemari mencari rezeki kecil-kecilan untuk membantu keluarganya. Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang terpuruk, Misro pun putus sekolah. Dirinya berusaha sebaik-baiknya dari segala hiruk pikuk kehidupan yang dia alami. Seiring jalannya waktu, pada saat beranjak dewasa ia pun menikah dan mengikuti pamannya untuk membantu usahanya.

Hal ini tak lain dilakukan untuk memberinya pekerjaan tetap yaitu menjadi pemulung botol plastik.Walaupun penghasilannya tidak seberapa, ia tetap melakukannya dengan lapang dada. “Perekonomian di kampung sangat susah dan pengeluaran pun sangat banyak. Daripada tak ada pekerjaan di sana, yaa.. apa adanya saja yang penting halal bagi saya,” ucap Misro

Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah itu sudah mengemban pekerjaannya menjadi pemulung selama 3 bulan. Bisa dibilang pemulung cukup baru bekerja di situ. Di masa bulan suci ramadan ini walaupun saat di bawah terik matahari, ia tetap melakukan pekerjaannya. Terkadang, Misro berpuasa bertujuan untuk mengumpulkan amal baik dan semoga dimudahkan rezekinya.Namun, ada saja yang membuat dirinya tidak berpuasa ketika dihadapkan dengan kondisi lelah saat bekerja membuat Misro tak tahan untuk berbuka puasa. Dengan peralatannya yang sederhana seperti karung,gerobak dan ganco ia bisa mengumpulkan botol bekas yang akan ditukar menjadi uang. Ganco di sini berupa alat untuk mengambil  botol terbuat dari besi yang dilengkungkan bagian ujungnya.

Pasar Kemiri dan sekitar Stasiun Depok Baru menjadi tempat yang sering dikunjungi untuk mencari botol bekas ataupun barang bekas. Misro bekerja selama delapan jam setiap harinya, mulai pukul 8 pagi sampai dengan pukul 4 sore hari.Terkadang ia pulang meskipun karungnya belum terisi penuh. Penghasilan yang didapat pun lumayan tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari, yaitu Rp400.000 per minggu. Hasil tersebut merupakan penghasilan yang tidak tentu didapat olehnya. Pada saat pertama kali Misro menjadi pemulung, ia merasakan bau yang menyengat, menijikan dan kumuh. Waktu demi waktu bau dan suasana tersebut menjadi hal yang biasa bagi Misro

Suka duka menjadi pemulung sangatlah terasa baginya. Misro mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang senantiasa memberinya keberkahan. Juga pamannya yang bernama Nasori yang membantu mengumpulkan orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan, “Bersyukur juga pada pak Nasori yang mau menampung orang-orang seperti saya, beliau bisa memberikan pekerjaan dan kami gak nganggur ada pemasukan,” ujar Misro dengan rasa syukur. Tanpa adanya Nasori, Misro tak tahu harus berbuat apa.

Tidak lupa untuk mensyukuri apa yang ada dan halal bagi Misro adalah hal yang paling bahagia. Dibandingkan dengan pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, namun hal tersebut tidak lah halal. “Semakin maju zaman, orang-orang seperti kita tuh semakin susah nyari kerjaan,” ujar Misro dengan rasa bingung. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *