Sumsel, BBCom – Terkait pemberitaan yang viral disalah satu media online berjudul “Dari Isu LGBT Hingga Motor Sering Raib, Coreng Nama Baik Puskesmas Pedamaran” tayang pada hari Jumat tanggal 3 Mei 2019 kemarin membuat gerah Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Kapuskes) Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Saat dihubungi media online ini melalui telepon selulernya dengan nomor 0821-8139-XXXX tadi malam (3/5/2019), Kepuskes Pedamaran Hasanul Basri. SKM, mengaku telah membaca berita yang dimaksud dan membantah keras isi pemberitaan yang dinilainya terlalu menyudutkan pegawai dan stafnya. Apalagi penayangan berita itu sebelumnya tidak konfirmasi terlebih dahulu kepada dirinya.
“Selain itu, setelah berita itu tayang ada beberapa rekan wartawan serta LSM yang menanyakan secara langsung kebenaran dalam permberitaan tersebut. Termasuk tokoh masyarakat Pedamaran juga telah menghubungi aku dan aku jawab bahwa berita itu tidak benar,” tambahnya.
Dijelaskannya, bahwa pegawai puskesmas Pedamaran tidak ada yang berprilaku menyimpang seperti LGBT. Karena itu, pihaknya sangat terganggu dengan tayangan berita memalukan puskesmas khususnya dan masyarakat Pedamaran pada umumnya.
Untuk itu, lanjut Zanul, sebelum melangkah lebih jauh dalam menyikapi pemberitaan itu pihaknya akan rapat secara untuk menyatakan sikap hukum yang akan disampaikan ke Polisi demi mencari kebenaran atas tudingan pegawai puskesmas penganut sesama jenis atau LGBT.
Sementara itu, pemuda asli Pedamaran OKI Baraf Dafri. FR berdomisili di Kabupaten Lahat saat dimintai tanggapannya merasa terusik dengan pemberitaan tentang isu GLBT lesbian yang viral di media online.
Seperti dilansir salah satu portal media, berita berjudul “Dari Isu LGBT Hingga Motor Sering Raib, Coreng Nama Baik Puskesmas Pedamaran” tayang pada hari Jumat tanggal 3 Mei 2019 itu berisikan pada alenia pertama bahwa beberapa bulan belakangan ini, santer terdengar sejumlah isu tak sedap menerpa Puskesmas Pedamaran OKI.
“Yakni isu moralitas pegawai penganut sesama jenis atau LGBT yang dilakoni petugas puskesmas itu sendiri. Bahkan perbuatan asusila lebianisme tersebut sempat terekam dalam video yang sempat viral di kalangan tertentu,” tambah Dafri membacakan sambungan isi berita alinea pertama tersebut.
Dafri berharap kepada redaksi media tersebut agar melanjutkan berita dengan menjelaskan secara terang duduk permasalahannya seperti apa. Karena penulisan kalimat “Moralitas pegawai penganut sesama jenis atau LGBT yang dilakoni petugas puskesmas itu sendiri”. Hal ini mengandung makna yang luas dan mengarah pada artian perlakuan LGBT pegawai puskesmas secara massal.
Kecuali, menurutnya, kalimat dalam bahasa berita itu dijelaskan “Oknum pegawai penganut sesama jenis atau LGBT yang dilakoni beberapa oknum puskesmas itu sendiri”. Namun, hal itupun harus disertai inisial nama oknum pegawai tersebut untuk meyakinkannya selaku pembaca bahwa isu yang dikemas dalam berita ini benar adanya.
“Dan yang lebih penting lagi oknum nara sumber yang menebar isu harus jelas kapan dan dimana oknum itu memberikan keterangan pers walau namanya dirahasiakan. Karena saya menilai bahwa suatu berita belum ada kejelasan secara faktual, maka saya menduga berita itu mengandung arah ke Fitnah,” pungkas Dafri yang juga Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lahat. (***)