Tokoh Pemuda Banjarsari Menilai Proyek Rehabilitasi Saluran Irigasi Ciputrahaji Hanya Haburkan Anggaran

CIAMIS | BBCOM | Yadi selaku tokoh pemuda yang tinggal sekitaran pinggiran irigasi sungai Ciputra haji Desa Sukasari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pertanyakan tingkat urgensi pasca dilakukannya sub. kegiatan pembangunan Rehabilitasi Jaringan Irigasi permukaan, Selasa, (09/07/2024)

Yadi menilai, sebenarnya banyak warga yang mengharapkan pemerintah dalam hal ini dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jawa Barat melakukan normalisasi irigasi terlebih dahulu, bukan malah melakukan pembangunan rehab dinding.

Keputusan pemerintah provinsi melakukan kegiatan pembangunan rehab dinding tersebut terkesan kurang kajian, dan terkesan menghambur hamburkan anggaran saja.

Yadi mengatakan,” Sudah hampir 50 tahun irigasi tersebut tidak pernah dilakukan normalisasi. Bahkan warga pun menilai proyek yang saat ini berjalan terkesan tidak memiliki dampak signifikan, karena selama ini di sekitar irigasi tersebut tidak pernah mengalami longsor,”

” Kami sudah mempertanyakan kepada warga di sepanjang bantaran irigasi dari mulai Desa Sukasari, Desa Sindangsari, Desa Sindanghayu hingga Desa Sindangjaya kec. Padaherang,”

“Mereka menjawab mayoritas yang di butuhkan saat ini adalah penanganan normalisasi terlebih dahulu, pasalnya sedimentasi sudah menumpuk,” jelasnya.

Lanjutnya,” Warga mengharapkan adanya normalisasi irigasi dikarenakan saat ini sepanjang aliran irigasi sudah mulai menumpuk lumpur yang menyebabkan pendangkalan.

“Akibat dari pendangkalan dan diperparah dampak dari limbah pabrik tahu dan tempe yang menimbulkan bau tidak sedap, hal ini lah yang saya kira tidak merubah keadaan,”

Masih menurut yadi, pihaknya terlebih dahulu sudah mendengar adanya komplain dari warga Desa Sindangsari terkait di tutupnya pintu air akibat adanya pekerjaan tersebut sehingga menimbulkan bau busuk di sepanjang jalur irigasi.

“Dan itu membuktikan bahwa perencanaan pekerjaan Rehabilitasi jaringan irigasi tersebut sangat tidak matang, baik itu teknis pekerjaan maupun kurang nya sosialisasi ke warga sekitar,” imbuhnya.

Pihaknya juga bersedia untuk mengundang kepala dinas SDA provinsi Jawa Barat untuk ikut secara langsung melihat fenomena yang saat ini saat ini sedang terjadi di kalangan masyarakat sekitar irigasi.

“Seandainya pernyataan warga ini di anggap hanya mengada-ngada, maka saya secara pribadi mengundang para pemangku kebijakan untuk ikut mengecek, dan merasakan apa yang dirasakan warga yang sehari hari terus menghirup bau busuk akibat fenomena ini ” tandasnya.

Diketahui sebelumnya, pada hari Rabu (03/07/2024) H.Ade Supriatno selaku tokoh masyarakat Desa Sindangsari mengatakan,”
akibatkan limbah pabrik tahu dan tempe yang dibuang secara langsung kesaluran irigasi, menimbulkan polusi udara dengan bau yang menyengat dikarenakan kurangnya suplay aliran air, entah itu diakibatkan dampak dari pekerjaan pembangunan irigasi yang sedang dikerjakan,”

H Ade pun menyesalkan tidak ada sosialisasi dari pihak ketiga kepada masyarakat terkait pembangunan tersebut, sehingga kami tidak dapat memberikan masukan yang kiranya dapat mengurangi resiko.

H.Ade sempat melayangkan surat keluhan warga Sukasari sekitar bantaran irigasi lewat kepala desa dengan tembusan ke beberapa intansi terkait, diantaranya ketua DPRD kabupaten Ciamis. (D_ Hendra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *