Terima kasih Wahai Pahlawanku

Manusia yang selalu ada disetiap suka maupun dukamenemani saat terjatuh lalu menyemangatinya untuk bangkit dan berjalan lagi. Sosoknya adalah pahlawan di dalam keluarga.

Dialah ibu, di mana perannya sangat berjasa di dalam sebuah keluarga. Ibu adalah sekolah pertama bagi semua anak di muka bumi ini. Ia pula orang pertama yang dicintai oleh manusia di dalam hidupnya.

Cinta yang hadir saat semua manusia membuka mata untuk pertama kalinya. Kasih sayang yang tidak pernah bisa terbalaskan, kasih sayang yang begitu tulus tak ternilai dan tak pernah tergantikan oleh apapun. Itulah cinta yang diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya.

Manusia mana yang tidak pernah mendapat cinta nan tulus dari seorang ibu?

Sembilan bulan di dalam perutnya, dibawa kemanpun saat ia pergi. Tak pernah membuatnya kesal ataupun marah ketika lelah datang. Semua ia lakukan dengan bahagia dan penuh kasih sayang.

Namun dalam pikirannya, tak terbesit sedkit pun keinginan untuk dibayar atas semua kasih sayang serta lelah yang telah ia berikan.

Ibu adalah manusia yang paling tangguh di muka bumiini. Kala lelah mendera, ibu tetap mendedikasikan dirinya untuk keluarga. Bahkan dalam kondisi genting sekalipun ia rela memberikan semuanya untuk keluarga.

Sosoknya akan selalu melekat dalam hati dan tak akan terganti. Tidak ada hal yang seindah senyumannya, dan pancaran sinar dari matanya adalah pelita yang menerangi jalan anak-anaknya. Harapan serta doa-doanya, selalu menjadi sumber kekuatan terbesar untukanaknya. Meskipun hanya berbisik sekalipun, doa itu mampu menjadi obat dari segala penyakit yang mendera buah hatinya.

Ketika waktu senja itu telah tiba, kerutan di wajah mulai tampak, serta rambut pun sudah mulai memutih namun cinta dan kasih dari seorang ibu tak pernah luput olehwaktu.

Hanya satu kalimat yang menggambarkan sosoknya, ibu sungguhlah wanita yang hebat. Dengan segala kekurangan yang dimilikinya, ia mampu membuatnya menjadi sempurna. Terima kasih ibu, atas pengorbanan, doa dan waktu yang terlewati demi tumbuh kembang sang buah hati.

(Ahmad Fatih Qadri/Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *