Pagi itu, semua orang di ruangan memandangku penuh haru dan bahagia. Tangisku pecah saat sampai di dunia. Ayah kemudian mengumandangkan adzan di telingaku, membuat tangisku perlahan reda. Sedangkan ibu hanya bisa tersenyum sambil menteskan air mata, aku yang dinantikan akhirnya datang ke dunia. Ibu dan Ayah merawatku dengan penuh kasih dan juga sayang. Memang Tuhan sangat baik, mengizinkanku lahir dari rahim wanita hebat.
Setahun berlalu, aku semakin besar. Ayah menuntunku dalam langkah yang terbata-bata dan Ibu bersorak sambil menungguku menghampirinya. Germbira selalu terpampang di wajah mereka. Saat aku sudah lelah melangkah, waktunya aku terlelap dalam tidurku. Alunan lagu nina bobo yang dinyanyikan Ibu adalah pengantar tidur paling sempurna. Setiap malam, Ayah dan Ibu bisa berubuah seakan-akan menjadi prajurit yang menjaga putri tidur dari penjahat yang ingin membangunkan.
Sekarang, aku tak lagi terbata-bata, aku bahkan bisa berlari dengan cepatnya. Setiap jam 8 pagi, Ayah dan Ibu mengantarkankkkku ke taman kanak-kanak. Sambil menggandeng tanganku sampai masuk ke dalam kelas, aku mencium tangan Ayah dan Ibu. Ibu membalas dengan mencium pipi gembilku, lalu Ayah berpesan untuk bersikap baik dengan teman di kelas.
Sampai masa-masa remajaku tiba, hampir setiap hari waktuku hanya untuk bermain dengan teman. Tidak ada lagi waktu untuk bercengkerama dengan Ibu dan Ayah. Karena salah paham dalam beberapa hal, aku bertengkar dengan temanku. Di dalam kamar, air mataku menetes lalu Ibu menghampiriku dan menampung semua ceritaku. Sejak saat itu, aku sadar hanya Ibu teman sejati yang sesungguhnya dan aku akhinya kembali kepelukan hangat Ibu.
Ibu adalah seorang penyabar handal dari semua orang yang aku kenal, sedangkan Ayah adalah orang yang paling tangguh dan bijaksana yang pernah ada. Ibu dan Ayah paling mengerti aku daripada diriku sendiri. Aku adalah si beruntung yang bisa mendapatkan cinta dari mereka. Ibu dan Ayah bagaikan sayap pelindung bagiku, selalu menlindungi bahkan membantuku. Layaknya sayap, mereka membantuku terbang tinggi sampai menembus langit. Ayah dan Ibu menaruh harapan besar kepadaku “Ibu dan Ayah selalu percaya kalau kamu bisa sukses” kata Ibu. Hatiku terenyuh, antara sedih dengan terharu semua tercampur aduk tak karuan.
Kepada Ayah dan Ibu, terima kasih selalu mengasihiku tanpa pernah meminta. Hanya beribu maaf yang ingin aku pinta, karna belum bisa membawa ke titik dimana Ayah dan Ibu bangga dengan hasil jerih payahku. ( Lutfi Mudrika Izaki )