Oleh : Teddy Guswana (Redaksi Bandung Berita)
Anggota DPRD KBB Terpilih periode 2024 – 2029 yang akan dilantik beberapa bulan lagi (disesuaikan dengan berakhirnya masa jabatan/keanggotaan DPRD sekarang) selain masih banyak diwarnai muka muka lama juga terdapat wajah wajah baru yang nantinya akan menghiasi dinamika parlemen KBB. Disebut sebut nantinya anggota DPRD KBB periode 2024 – 2029 akan segera menempati gedung baru yang dibangun dengan dana sekitar 143 milyar.
Meski gedung baru itu didalamnya masih banyak yang harus dibenahi karena beberapa fasilitas belum benar benar lengkap, namun rencana itu tampaknya terus bergulir karena memang gedung baru itu sudah lama tidak dipergunakanakibat kendala anggaran yang konon berkaitan dengan persoalan Covid 19 yang berpengaruh terhadap aspek anggaran di KBB. Dengan demikian adalah wajar jika saat ini ada rencana untuk segera memfungsikan gedung baru yang telah lama tidak digunakan.
Yang jadi sorotan dalam tulisan ringan ini bukan soal berapa orang wajah lama dan berapa wajah wajah baru serta kapan pastinya para anggota “yang terhormat” ini akan menempati gedung baru. Yang ingin diisoroti adalah apakah pada periode 2024 – 2029 para anggota parlemen KBB ini akan mampu menyodorkan nuansa baru dan akan merubah stigma negatif yang selama ini sering diarahkan kepada anggota DPRD KBB. Dalam hal ini, sudah pasti masyarakat KBB berkeinginan para anggota DPRD KBB ini benar benar menjadi saluran aspirasi alias tidak terkesan hanya mementingkan pribadi dan kelompok. Yang dinamakan kelompok disini adalah kalangan kroni yang senantiasa diuntungkan salah satunya didalam memperoleh paket pekerjaan yang terkait dengan Pokir.
Akibat dari kondisi itu, tidak sedikit kalangan masyarakat yang menyayangkan adanya pokir dewan di hampir setiap dinas di lingkungan KBB yang terkesan sangat dominan. Memang adanya pokir dewan tidak ada aturan yang dilanggar. Sah sah saja para anggota dewan memiliki pokir karena memang “katanya” diperoleh dari aspirasi masyarakat terutama pada saat reses. Namun dalam mekanismenya ada kesan pokir itu justru menjadi jembatan untuk memberi keuntungan kepada rekan/kroni dewan dimana paket paket pekerjaan dalam tataran pokir selalu dan senantiasa dikerjakan oleh kroni/rekan anggota dewan.
Padahal seyogyanya penentuan mengenai siapa yang akan mengerjakan paket pekerjaan dalam tataran pokir diserahkan kepada mekanisme yang fair. Tetapi justru mekanisme yang fair inilah yang tidak ditempuh dan inilah yang kemudian memunculkan stigma negatif terhadap para anggota DPRD KBB terutama pada tahun 2022 dan 2023. Dari sini pula tidak sedikit kalangan rekanan yang tidak memiliki “hubungan baik” dengan anggota dewan sulit mendapatkan pekerjaan meski track recordnya bagus dan berpengalaman.
Pertanyaan itulah yang kiranya patut dilontarkan kepada para anggota parlemen KBB periode 2024 – 2029. Artinya apakah para anggota dewan periode 2024 – 2029 akan mampu menyuguhkan kinerja parlemen yang benar benar berpihak kepada masyarakat. Dalam hal ini jika nanti menempati gedung baru tentu bukan sekedar tempat kerjanya yang barudan fasilitas kerjanya yang baru tetapi diperlukan semangat baru, orientasi baru dan stigma baru yang lebih konstruktif agar bisa mendegradasi stigma negatif yang selama ini melekat.
Bagaimanapun pilihan masyarakat yang telah mengantarkan para anggota dewan terpilih bisa menempatikursi parlemen tentu patut dihormati dan dijunjung tinggi. Jangan sekali kali dihianati. Ingat masyarakat sekarang sudah kritis. Nantinya mereka bisa menilai apakah pilihan mereka itu benar benar sosok aspiratif atau justru berbelok kepada kepentingan sempit alias tidak memperhatikan aspirasi rakyat.
Memang tidak semua anggota DPRD KBB selalu mementingkan kroni kroninya. “Mungkin” masih ada yang aspiratif dan memperhatikan keinginan masyarakat. Namun karena stigma negatif terlanjur muncul ke permukaan, maka anggota dewan yang aspiratif dan bagus kerjanya akhirnya kalau “ceuk Bahasa Sunda mah” jadi disakompet daunkeun (digeneralisir).
Pertanyaannya sekarang, apakah anggota dewan KBB terpilih periode 2024 – 2029 akan mampu merubah stigma negatif dan memunculkan kesan baru yang benar benar terhormat dan benar benar mementingkan aspirasi masyarakat KBB? Sederhana saja jawabannya. Jelas harus mampu jika mereka memang merasa sebagai yang mewakili rakyat, bukan perwakilan kelompok. Nah…kita tunggu saja kinerja mereka. Semoga saja benar benar memiliki penghormatan terhadapmasyarakat yang memilihnya, serta memiliki kinerja dan orientasi lebih yang pro-masyarakat. Bisakah? Ya harus bisa. (Teddy Gus)