Dua Sisi Pasar Musi

Pasar tradisional memiliki tempat tersendiri di hati sebagian masyarakat. Meskipun sudah banyak pasar modern seperti supermarket, tak sedikit dari mereka yang memilih untuk tetap berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Tak terkecuali Pasar Musi, pasar yang terletak di Jalan Musi, Depok, Jawa Barat.

Pasar ini menjadi pasar yang dikunjungi banyak masyarakat Depok, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah Depok Timur. Berbeda dengan keadaan di pagi hari yang ramai oleh pembeli, pada sore hari Pasar Musi terlihat lebih sepi. Hanya tampak satu atau dua pembeli yang mencari bahan-bahan pokok.

Pasar Musi terdiri dari dua lantai. Lantai pertama disediakan khusus untuk kebutuhan pangan, seperti daging-dagingan, ikan, sayur-mayur, dan sembako. Karena itu, lantai ini terlihat sama seperti pasar tradisional pada umumnya yang kotor dan bau. Selain itu, letaknya yang ada di bawah membuat cahaya matahari tidak cukup menerangi. Penerangan dari lampu pun tidak membantu sehingga membuat lantai ini menjadi gelap.

Lain halnya dengan lantai satu, lantai dua tampak rapi dan bersih. Toko-toko yang menjual kebutuhan sandang seperti baju, sepatu, kerudung, dan perhiasan pun tertata dengan baik sehingga pengunjung dapat dengan mudah mencari barang yang ingin dibeli.

Tak hanya di dalam gedung, pasar ini juga beroperasi di sepanjang Jalan Musi. Namun, kontras dengan keadaan di dalam, Pasar Musi bagian luar ini terlihat kotor. Banyak sampah bekas berjualan yang berserakan sehingga menimbulkan bau tak sedap.

Di bagian pasar yang satu ini, barang-barang yang dijual tidak hanya pakaian dan bahan pangan saja, tetapi terdapat pula toko kelontong, toko alat tulis, toko mainan, hingga toko alat kebersihan rumah tangga.

Walaupun telah tersedia gedung yang lebih nyaman dan memadai, banyak pedagang yang memilih untuk berjualan di sini. Salah satunya Syahrul, seorang pedagang sembako yang memilih untuk tetap menjadikan teras rumahnya sebagai tempat berdagang.

“Memang di atas (gedung) lebih nyaman, tapi biaya sewanya juga lumayan mahal. Lebih baik saya tetap di sini, lagipula sudah dapat surat izinnya juga,” ungkapnya.

Syahrul mengatakan persaingan antara pedagang di luar dan di dalam gedung cukup ketat, Ia bahkan kehilangan cukup banyak pelanggan karena mereka memilih berbelanja di dalam.

“Dibilang rugi ya rugi. Tapi nggak apa-apa, namanya juga jualan, pasti ada risikonya.”

Menurut Syahrul, salah satu faktor yang menyebabkan hilangnya pembeli ialah ketidaklengkapan barang-barang yang ia jual.

“Kalau di dalam itu kan lengkap ya, segala macam ada. Apa yang nggak saya jual ada, yang saya jual pun ada. Jadi mendingan sekalian belanja di dalam daripada di sini,” ujarnya. (Adityasari Dwi/PNJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *