“Surga di bawah telapak kaki ibu,”pepatah itu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Mengapa dan dari mana kalimat itu pertama muncul? Mungkin kita tidak pernah terfikir akan hal itu, tapi saya yakin semua orang yang pernah dilahirkan di dunia ini setuju dengan kalimat itu. Kecuali mereka yang tidak mengerti perjuangan seorang ibu untuk anaknya.
Bangun! Bangun ! begitu suara yang kudengar dikala di bangunkan dipagi hari, ku membuka mata dengan pandangan buram melihat sesosok wanita dengan ekspresi menyeringai dan ternyata itu Ibu saya sendiri,dan berkata,
“Sudah jam berapa ini?! Bangun oiiii!”
“Lima menit lagi, Ma……”
“Sekarang sudah hampir jam 8, dan belum bangun-bangun juga?! Jam 8 ada kuliah !Bangun”
“Yaaah maaa Telat lagiiiiiiiiiii, kenapa gak di bangunkan sedari tadi ?”
“Dari jam 6 udah di bangunin, tapi gak bangun-bangun. Mama kira kau sudah mati tadi”
(itulah kebiasaan ibuku karna aku sering telat bangun pagi)
Dengan keadaan lesu saya berlari menjauh dari tempat tidur menuju menuju kamar mandi segera siap-siap ke kampus. (Ya begitulah kehidupanku sehari-hari selama bertahun-tahun. Perkenalkan namaku Ibnu, terlahir sebagai anak tunggal satu-satunya. Sejak kecil hingga sekarang ku di besarkan kedua orang tua. Seorang wanita yang sangat kuat dan tangguh merawat dan membesarkan ku, ibuku terkenal akan sikap Cerewetnya dan Bahkan sangat Cerewettapi sikap mengasihaninya sangat tinggi.
Dengan tergesa-gesa kupacu kendaraanku menuju kampus, kukejar waktu demi mengikuti mata kuliah yang hari ini di ajarkan. Sesampainya di parkiran, kuparkir kendaraanku dengan terburu-terburu. Aku berlari menuju ruang perkuliahan, betapa terkejutnya aku ketika sampai di depan pintu, ternyata perkuliahan sedang berlansung.
Terima kasih ibu kau telah menemaniku, menjagaku dan menjadi sahabat selama ini, Kasih sayangmu tak akan pernah mampu terbayarkan dengan apapun, hanya menyayangimu dan membahagiakanmu hal kecil yang bisa kulakukan untukmu ibu. Terima kasih Ibu..”
Matahari mungkin masih malu menampakkan dirinya, tapi dia telah siap dengan senjata pribadinya untuk mengurusi semua kebutuhan kita. Banyak sekali lagu yang diciptakan seniman untuk dihadiahkan kepada ibunya, namun semua itu tak akan pernah bisa sebanding dengan apa yang sudah ibu mereka berikan.
Maafkan anakmu ini bu, yang telah mendzolimimu dengan semua tingkahku kepadamu. Tetaplah sebut namaku dalam doamu. (Ibnu Dzar Alghifary)