Oleh Cornelia Zenia Evangeline
Sudah cukup lama mengenal sosokmu,Wahai Pria Berkacamata. Setiap hari yang selalu kamu berikan adalah warna-warni kehidupan lucu untuk semua orang disekitar. Sampai suatu ketika suatu hal terjadi pada dirimu. Sosok yang selalu memberikan tawa pada setiap orang kini berubah menjadi murung. Kamu memang tersenyum,tapi hari itu kamu memperlihatkan siapa dirimu sebenarnya.
Air matamu jatuh pada pagi itu. Kamu memberi tahu kabar bahwa ayah yang sangat kamu cinta sudah tiada. Suara tersendu yang hanya kamu perlihatkan. Bukan sebuah candaan seperti biasa kamu berikan. Mengingat ceritamu yang selalu setia merawat ayahmu dari sakit hingga tiada kamu ada di sampingnya. Menemami tanpa lelah.
Sampai akhirnya kamu memperlihatkan betapa kamu adalah sosok pria yang sangat kuat. Merangkul adik,kakak dan ibu di depan jenazah ayahmu sambil menahan air mata. Kamu yang saat itu menggunakan peci berwarna coklat dan seperti biasa menggunakan kacamata terlihat sangat rapuh saat itu. Kamu tidak bisa berbohong pada waktu itu tiba. Kamu tidak baik-baik saja dan kamu tidak memperlihatkan lelucon lucumu pada semua orang.
Tiba waktunya ayahmu harus segera di makamkan. Dari antara kakak dan adik laki-laki yang kamu miliki ternyata keluargamu memilih kamu untuk mengazankan ayahmu. Saat itu juga,semua mata dapat melihat seseorang yang biasanya tertawa setiap hari harus menarik nafas panjang,menahan tangis sambil memulai untuk memberi penghormantan terakhir untuk ayahmu,mengazankan beliau. Kamu berhasil menunjukan kepada dunia bahwa kamu kuat saat itu tanpa jatuhnya air mata.
Rasa bangga dan haru yang terus terasa melihat kamu dapat menjalankan semua dengan baik tanpa membuat orang-orang berfikir bagaimana keadaan mu saat itu. Setelah hari itu berlalu,kamu kembali. Kembali memberikan senyum dan tawa kembali kepada banyak orang. Kembali memberikan lelucon yang bisa membuat semua orang lupa bahwa kamu nyatanya tidak baik-baik saja. Banyak orang yang sepertinya harus banyak belajar dari kamu,belajar menjadi kuat.