Oleh Yanyan Supiyanti, A.Md Pendidik Generasi
Siapa yang tidak kenal monkeypox? Sebuah penyakit langka yang saat ini sudah menyebar ke 90 negara. Penyakit ini juga disebut sebagai cacar monyet karena awal ditemukan pada binatang monyet pada 1958. Lalu ditemukan di Kongo pada 1970 menular ke manusia. Pada 2022 lalu, kasus monkeypox sangat pesat penyebarannya. Pada 23-7-2022, organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan wabah ini sebagai darurat kesehatan internasional. Setelah sebulan penetapan darurat tersebut, wabah monkeypox mulai terindikasi masuk ke Indonesia.
Dari 23 suspek monkeypox awalnya, ditemukan 1 orang yang positif. Dikarenakan ia telah melaksanakan perjalanan ke luar negeri, tepatnya ke Eropa.
Kasus pertama monkeypox muncul, membuat Bandara Soekarno-Hatta melakukan penjagaan ketat. Persiapan beragam peralatan, hingga penyediaan ruang isolasi. Semua dilakukan untuk mengendalikan penyebaran virus ini. Mengapa hal tersebut tidak dipersiapkan secara optimal jauh-jauh hari sebelum wabah ini datang?
RSHS Bandung Siapkan Ruang Isolasi
Ruang isolasi pasien disiapkan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk menghadapi ancaman wabah cacar monyet atau monkeypox (Mpox).
Rumah sakit umum pusat (RSUP) rujukan di Jawa Barat tersebut menyiapkan lima ruang perawatan Kemuning dan RIKK yang merupakan ruangan isolasi kubikal dilengkapi peralatan penunjang memadai.
Menurut ahli dermatologi umum RSHS Bandung Prof. Hendra Gunawan, pada 2024 (sejak Januari hingga awal September ini) RSHS Bandung belum menerima rujukan pasien, baik suspek maupun positif Mpox.
Namun, pada tahun 2023 terdapat empat pasien suspek diperiksa terkait kasus Mpox. Yang terkonfirmasi positif ada dua orang dan lainnya hanya cacar air atau penyakit kulit lainnya. Dua orang yang terkonfirmasi positif Mpox pada 2023 telah sembuh total.
Kasus monkeypox di dunia saat ini mengalami peningkatan sehingga harus lebih waspada. Selain itu, muncul di Thailand varian IB yang dikategorikan ganas. Sedangkan di Indonesia terdapat 88 kasus Mpox IIB yang berkategori ringan.
Menurut Prof. Hendra, kita harus lebih berhati-hati, kalau kegiatannya bukan kegiatan yang esensial atau urgent bukan primer, sedapat mungkin menghindari kerumunan dan selalu terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Menularnya Monkeypox bisa melalui kontak kulit dengan kulit termasuk saat berhubungan seksual. Sedangkan kontak tidak langsung, seperti memegang benda-benda yang terkontaminasi virus Mpox. Dan juga melalui droplet (cairan yang keluar dari hidung dan mulut).
Protokol kesehatan sewaktu pandemi Covid-19 seperti 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi perlu diterapkan kembali sebagai bentuk kewaspadaan. (Sindonews.com, 5-9-2024)
*Belajar dari Kasus Covid-19*
Seharusnya, belajar dari peristiwa masuknya Covid-19 sebelumnya. Masuknya seorang penderita Covid-19 menyebabkan tersebarnya virus ini ke seluruh Indonesia dan memakan cukup banyak korban.
Sekalipun monkeypox tidak seganas Covid-19, tapi tetap saja merupakan penyakit menular yang bisa menyerang siapa saja yang kontak dengan penderita. Jadi, sangat perlu ada antisipasi lebih awal, mencegah lebih baik daripada mengobati. Cepatnya virus ini masuk Indonesia memperlihatkan bahwa tidak adanya upaya serius pihak berwenang untuk mencegah virus ini masuk.
Negara bertanggung jawab terhadap ratusan juta penduduknya. Sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk mengadakan persiapan pencegahan awal. Diketahui, virus ini menular dari kontak langsung dengan penderita dan benda-benda yang terkontaminasi monkeypox, serta droplet. Oleh karena itu, negara harus bisa menghilangkan penyebabnya, salah satunya dengan melarang perjalanan ke luar negeri dan ke dalam negeri terutama ke dan dari negara-negara yang mengalami darurat monkeypox. Dan memeriksa secara ketat orang yang datang dari perjalanan luar negeri.
Keputusan ini akan berdampak negatif di bidang lain, terutama transportasi. Perjalanan ke dalam maupun luar negeri akan berkurang drastis. Akan tetapi, jaminan kesehatan rakyat jauh lebih penting daripada masalah ekonomi. Uang masih bisa dicari, tetapi kesehatan sangat mahal harganya. Negara diharapkan bisa bersikap tegas. Jangan sampai kejadian Covid-19 terulang kembali.
*Penanganan Wabah dalam Islam*
Contoh penanganan wabah yang benar hanya ada dalam Islam. Sebagaimana saat Khalifah Umar bin Khattab menghadapi wabah kolera di Syam. Kala itu, Khalifah Umar mengadakan perjalanan menuju Syam. Namun, di tengah perjalanan beliau mendapat kabar bahwa wabah kolera sedang melanda negeri Syam. Khalifah Umar menanggapi hal itu dengan memutuskan untuk kembali ke Madinah dan membatalkan perjalanan menuju Syam.
Rasulullah saw. juga telah memberikan contoh cara menghadapi wabah. Pada saat terjadi wabah kusta/lepra, Rasulullah saw. menerapkan karantina total pada daerah yang terkena wabah. Rasulullah saw. bersabda, “Jangan berlama-lama memandang orang yang terkena penyakit lepra.” (HR Ibnu Majah)
Di riwayat lain juga bersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasukinya. Akan tetapi, jika terjadi wabah di tempat kamu berada, jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sudah selayaknya para pemimpin muslim sebagai orang beriman yang memiliki tanggung jawab yang besar belajar dari sejarah. Jangan sampai kasus Covid-19 kembali terulang.
Kaum muslim harusnya sadar dan kembali pada Islam. Jangan sampai karena pertimbangan ekonomi, kita mengorbankan keselamatan rakyat.
Wallahualam bissawab.