Seorang lelaki menanggung kebahagiaan sebuah keluarga tanpa peduli basahnya langit dan teriknya matahari. Tidak berpikir bahwa tulangnya remuk, tumit kaki yang tak kuat menopang tubuh, dan pundak yang menentukan senyum orang-orang di rumah.
AYAH adalah tameng berjalan bagi setiap anak di bumi ini. Tidak dapat dimungkiri, dia adalah lelaki pertama yang dicintai oleh setiap anak perempuan.Manusia mana yang tidak menginginkan peran ayah sebagai pahlawannya?
Semangat seorang ayah berasal dari sinar mata sang buah hati. Hatinya yang keras pun dituntut lembut kala menggenggam tangan buah hatinya. Sambil berharap si kecil tumbuh dengan bahagia.
Walaupun terlihat dingin, semua insan di dunia pasti tahu bahwa ayah sangat mencintai anak-anaknya. Tidak ada kata-kata indah ataupun janji-janji manis,semuanyaditunjukkan melaluikeringatyangmenjadisantapan hangatnya setiap hari.
Tidak hanya soal materi, ayah juga mengajarkan banyak hal untuk buah hatinya. Seperti halnya mengajarkan buah hatinya mengendarai sepeda. Satu duakayuhandanjatuh, tetapiayahtetapsabarmengajarkanbuahhatinya. Walaupun ada sedikit nada kesal yang diucapkan ayah, bukan berarti ia lelah.
Namun, hal itu untuk melatih buah hatinya agar tahan banting terhadap segala sesuatu.
Ayah adalah pengagum rahasia paling hebat di dunia. Sosoknya terlihat dingin dan tidak mau tahu apa yang terjadi pada buah hatinya. Namun, dia diam-diam menanyakan sang buah hati melalui ibu. “Sedang apa dia? Apakah dia sudah makan? Apakah dia bertanya tentang saya?” ya, pertanyaan itulah yang ayah tanyakan kepada ibu tentang si buah hati.
Siapapun tidak akan suka bila ayah menua, tidak akan terima bila rambut ayahnya memutih, dan tidak mau bila wajah ayahnya timbul kerutan. Pada saat inilah seorang anak menjadikan pundaknya sebagai tempat keluh kesah sang ayah.
Semakinlama, punda kayah semakin rapuh. Punggungnya taklagi mampu menopang derasnya hujan yang jatuh dari langit. Keningnya tak lagi
mampu menahan keringat yang mengalir karena teriknya matahari. Tumitnya tak lagi mampu untuk menumpu badannya yang tidak lagi muda itu.
Ayah mengabdi untuk sang buah hati. Ia bekerja untuk menghidupi buah hatinya tanpa syarat, mencintai sang buah hati tanpa tapi, dan mendidik buah hatinya tanpa lelah. Tak adakasihsayang yang tulus dari seorang lelaki melainkan kasih sayang seorang ayah.
Ayah bukanlah manusia sempurna dan tanpa salah, tetapi dia selalu mencoba segalanya dengan sempurna demi sang buah hati. Tanggung jawab seorang ayah tidaklah mudah. Mengayomi, menyayangi, melindungi, itulah tugas ayah. Surga memang ada di telapak kaki ibu, tetapi yang menanggung segala dosa sebuah keluarga adalah ayah.
Tidak perlu gatot kaca untuk melindungi seorang anak, tidak perlu romeo untuk mencintai anak dengan tulus, dan tidak perlu pasukan terbaik untuk mengawal seorang anak. Itu semua sudah dicukupkan dengan hadirnya ayah. Terima kasih untuk berjuta-juta kubik keringat yang ayah keluarkan demi lengkungan senyum sang buah hati.
Ayah adalah tempat berlindung bagi setiap anak. Teruslah sehat dan tetaplah kuat, ayah. (Penulis Dhita Rahfiani/Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Jurnalistik)