Teman Terakhir

Teman-temanku adalah orang yang pekerja keras, peduli dan selalu ada untukku. Tak terkecuali aku dalam kondisi yang terpuruk, mereka ada disampingku untuk menyemangati dan membantuku. Mereka yang aku namakan teman terakhir.

Aku bukanlah orang yang mudah menjadikan teman menjadi sahabat. Karena bagiku, tak hanya mengerjakan tugas saja yang memerlukan kriteria untuk mendapatkan nilai, tetapi untuk menjadi seorang sahabat pun perlu memerlukan kriteria.

Kebetulan aku hidup dengan berpindah-pindah tempat, aku tidak menutup diriku untuk memiliki teman baru. Tetapi, untuk menjadikan mereka semua sahabat tidaklah mudah.

Bagiku, sahabat bukan tentang tinggal disatu atap, bukan makan dimeja yang sama, bukan pula memiliki prinsip dan kepribadiaan yang sama. Tetapi sahabat adalah teman yang dapat dipercaya, saling membangun, dan menghibur satu sama lain, bagiku.

Pada saat aku mengalami kondisi yang buruk, teman-temanku  tidak ada disampingku, tetapi mereka maju untuk membatuku mengatasi kesulitanku. Mereka tidak mengeluh, dan mereka selalu mencoba kuat untukku.

Teman terakhir bagiku pun ketika kami bisa bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Bersama-sama membanting tulang, sama-sama merasakan kesedihan, sama-sama mendapatkan cobaan atau tekanan. Tetapi semuanya dapat dilalui karena bersama.

Tak dipungkiri bila adanya perdebatan hebat hingga saling membentak dan tidak saling berhubungan, tetapi hal itu yang membuat kita satu setelahnya. Sama-sama dapat menginrospeksi diri dan membuat aku dan teman-temanku menjadi semakin dekat.

“Kelemahan diriku, adalah kelebihan sahabatku. Kelebihan dariku, adalah kehebatan dari sahabatku.”

Aku merasa sangat amat bersyukur memiliki teman-teman terakhirku, mereka semua indah. Ucap syukurku karena aku selalu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dan selalu ada untuku. Terima kasih teman-teman terakhirku. (Gita Viryani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *