Penulis : Hanna Kalyca Khoeroh/PNJ
Kasih sayang mereka memang tidak akan sebanding dengan kasih sayang ibu yang sepanjang masa. Sikap kepahlawanannya pun tidak dapat disandingkan dengan pahlawan hidupku yaitu ayah. Akan tetapi, mereka selalu menjadi sosok-sosok terbaik yang turut andil dalam pertumbuhanku.
Terlahir sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, aku adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Banyak orang sangat mengidamkan posisiku karena memiliki banyak penjaga dalam hidupku. Aku pun tidak dapat menyanggah kalimat tersebut. Kasih sayang dua sosok lelaki selain ayah ini tidak akan kupertanyakan lagi kesetiaannya.
Aku dan kedua kakakku tidak tinggal satu rumah. Awalnya aku tidak bisa menerima dengan keputusan mereka karena merasa tidak akan bisa melalui hari-hariku. Akan tetapi, setelah menjalaninya ternyata aku bisa melalui dengan baik dan menjadikan aku lebih mandiri. Meskipun jauh mereka tetap memantau pergaulanku dengan cara mereka masing-masing.
Tinggal berjauhan membuat kami harus berbincang dengan bantuan telepon. Hal tersebut membuat waktu berbincang kami terbatas. Biasanya jika ingin menyampaikan suatu hal aku hanya tinggal menemui kakakku di kamarnya. Setelah kami tidak tinggal bersama, topik tersebut harus kami sampaikan melalui jaringan telepon. Selain itu, kesibukan kami menjadi alasan lain terbatasnya waktu untuk berbincang. Ketika kakakku memiliki waktu luang untuk menelpon, sedangkan aku sibuk mengerjakan sesuatu hal dan tidak bisa terganggu. Begitu pula sebaliknya, kami sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk berbincang dalam waktu lama. Meskipun begitu, lambat laun kami terbiasa dengan kondisi ini dan menjalaninya dengan baik.
Kedua kakak laki-lakiku memiliki cara yang berbeda dalam menjaga adik perempuannya. Terpaut tiga tahun lebih tua dariku, kakak keduaku bisa dibilang memiliki cara yang manis dalam menjagaku. Kakakku tidak pernah sungkan melontarkan pujian dan rasa sayangnya kepadaku. Ia juga selalu berusaha membuatku senang dengan mengajak jalan-jalan ke luar kota saat liburan semester telah tiba.
Kakak keduaku adalah pendengar setia yang sabar. Aku bukanlah orang yang mudah berbagi cerita kepada orang lain tentang hal yang sedang aku alami. Akan tetapi, dengannya aku selalu bisa meluapkan keluh kesah seluruh masalah dalam keseharianku.
Kakak keduaku lebih sering menghubungiku melalui telepon. Dalam perbincangan tersebut biasanya kakakku akan memberikan nasihat serta solusi tentang masalahku. Salah satu nasihat yang pernah kakakku berikan untukku, yaitu aku tidak boleh lelah berbuat baik kepada orang lain, entah orang itu pernah menyakitiku atau tidak. Menurutnya jika kita berbuat baik maka semua hal akan terasa mudah karena dalam berbuat baik menimbulkan rasa ikhlas. Nasihat tersebut berusaha aku terapkan dalam keseharianku.
Berbeda dengan kakak keduaku, kakak pertamaku memiliki sikap yang lebih cuek. Ia memiliki caranya sendiri dalam menjagaku. Kakakku biasanya akan memberikan nasihat jika ia sudah merasa aku melakukan hal yang kurang baik.
Jika membicarakan soal kakak pertamaku, aku selalu ingat masa kecil kami. Dari tiga bersaudara aku dan kakak pertamaku adalah saudara yang sering bertengkar. Pertengkaran itu biasanya tentang hal-hal sepele seperti makanan dan sikap kakakku yang usil. Kami akan saling bekejaran setelah mengejek satu sama lain. Biasanya kakak keduaku hanya tersenyum melihat tingkah laku kami berdua. Kejadian tersebut menjadi momen masa kecil kami yang tidak terlupakan.
Sejak kecil orang tua kami memberikan larangan anak-anaknya menjalin hubungan khusus dengan lawan jenis atau berpacaran. Selain karena tidak diperbolehkan dalam agama kami, orang tua kami merasa pergaulan zaman sekarang sudah terlalu berbahaya. Menurut mereka larangan tersebut dapat menjauhkan kami dari pergaulan negatif.
Ketika beranjak dewasa kedua kakakku sangat menegaskan larangan tersebut untukku. Mereka tidak hanya menegaskan larangan, tetapi juga memberikan kasih sayang yang lebih kepadaku, dengan cara mereka yang berbeda tersebut. Mereka tidak ingin aku kekurangan kasih sayang sehingga mencarinya dari orang lain.
Sikap kakaku membuat aku sadar bahwa kasih sayang lawan jenis tidak hanya bisa kita dapat dari orang lain yang biasa kita sebut dengan “kekasih” tetapi bisa pula dari keluarga. Hal tersebut membuat aku hanya berpikir untuk mencari banyak teman. Aku merasa kasih sayang dari kedua kakakku menjadikkan mereka sosok-sosok terbaik dalam pertumbuhanku. (**)