Semoga Langit Mendengar

“Jaga kesehatan, jaga diri dan jangan lupa salat ya, nang” terucap dari seorang ibu kepada anaknya yang saat ini hidup di kota orang.

Sungguh indah kalimat itu, sering kali terngiang dalam otak, walau hanya terucap saat pamit beranjak pergi menuju perantauan. Saat itu juga kucium pipi dan dahinya, kemudian kulihat matanya, sambil kuberi senyuman sembari kuucapkan “doain aa ya mi”.

Rutinitas omelan seorang ibu yang biasanya seperti makanan wajib di rumah. Kini hening setiba di persinggahanku. Dan sampai kini pun, omelan sarat makna itu terpatri di dalam benakku.

Kerap kali teringat suaranya menjelang salat subuh yang selalu membangunkanku lebih dulu dan menyuruhku untuk pergi ke masjid. Bila kuingat-ingat dan kupikir “kan aku sudah besar, apakah harus selalu menyuruhku seperti itu?”

Kemudian terjawablah sudah ketika hidup sendiri dan jauh dari Ibu. Omelan itu seketika hilang dan digantikan oleh kendali pada diriku sendiri.

Aku yakin sekali pasti dibalik omelan itu ada makna yang lebih dalam, lebih dari doa, dan bukan hanya sekadar harapan, sehingga kehidupanku kelak menjadi orang yang sukses.

Semua jerih payah yang Ibu lakukan tidaklah akan terbalaskan. Apalagi olehku. Bagiku ia bukanlah sekadar seorang ibu, tetapi ia adalah “malaikat” yang rela mengorbankan segalanya demi buah hatinya.

Kini aku hanya bisa berbisik kepada bumi. Semoga langit mendengar seluruh doa-doanya dan menjadikan Ibu sebagai penghuni surga di akhir hayatnya kelak. (Akhmad M Awwal/Mahasiswa PNJ Prodi Jurnalistik)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *