KOTA CIREBON | BBCOM – Pemkot Cirebon berikan perhatian serius pada keberlanjutan regenerasi ahli Al-Qur’an agar tidak terputus di tengah arus zaman. Dengan mendorong transformasi besar dalam pola pembinaan melalui sistem pendataan potensi bibit unggul yang terintegrasi di setiap kecamatan.
Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa Kota Cirebon tidak akan pernah kekurangan qari-qariah dan hafidz-hafidzah berkualitas di masa depan.
Hal ini dibahas tuntas dalam Rapat Kerja (Raker) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kota Cirebon sekaligus Pembinaan Hasil MTQ Tingkat Kota Cirebon Tahun 2025 di Masjid At-Taqwa, Rabu (24/12/25).
Agenda ini menjadi momentum dalam membedah persoalan mendasar di lapangan secara objektif demi terciptanya pola pembelajaran Al-Qur’an yang lebih tertata dari kelurahan hingga tingkat kota.
Wakil Wali Kota Cirebon, Siti Farida Rosmawati, dalam arahannya menekankan bahwa LPTQ tidak saja melaksanakan rutinitas semata.
Farida menegaskan, “Tantangan terbesarnya adalah membangun sistem pendataan yang akurat agar pola pembinaan dapat dilakukan secara berjenjang dan sepanjang tahun. Investasi di bidang keagamaan ini dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam membangun karakter masyarakat.
“Kita tidak bisa lagi bekerja dengan pola insidental. Kita memerlukan sistem pendataan yang tepat dan terintegrasi akan potensi bibit-bibit unggul di setiap kecamatan.
Dengan validasi data, pola pembinaan dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan, bukan hanya saat mendekati jadwal perlombaan saja. LPTQ harus hadir sebagai pihak yang mengatur harmoni pembinaan Al-Qur’an secara menyeluruh,” tegas Farida.
Lebih lanjut,Farida menjelaskan bahwa para peserta pembinaan hasil MTQ tahun ini bukan sekadar pemenang lomba, melainkan duta yang merepresentasikan kualitas religiusitas warga Kota Cirebon.
“Oleh karena itu, penguatan mentalitas dan karakter harus berjalan beriringan dengan pengasahan kemampuan teknis. Fokus utamanya bukan sekadar trofi di atas panggung, melainkan lahirnya sosok teladan yang mencerminkan etika Al-Qur’an di kehidupan sehari-hari.
“Prestasi di atas panggung memang penting sebagai indikator teknis, tetapi menjadi pribadi yang mencerminkan nilai Al-Qur’an adalah tujuan yang jauh lebih substansial.
Kita ingin mencetak juara yang sekaligus menjadi teladan akhlak bagi generasi muda lainnya. Dukungan Pemkot akan terus kami upayakan maksimal karena ini adalah bagian dari pembangunan karakter bangsa,” tambahnya.
Selain persoalan prestasi, Pemkot Cirebon juga mendorong LPTQ untuk memperluas jangkauan dengan fokus pada pemberantasan buta aksara Al-Qur’an di level akar rumput.
Farida meminta adanya kolaborasi lintas sektor yang melibatkan penyuluh agama, guru mengaji hingga pengurus masjid , memastikan akses pembelajaran Al-Qur’an terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum LPTQ Kota Cirebon, Sutikno, menyatakan bahwa Raker ini merupakan titik balik untuk merancang program yang lebih aplikatif dan berdampak luas. Pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan standar kualitas peserta melalui pelatihan yang jauh lebih intensif dan sistematis.
“Raker ini akan menjadi tonggak penting dalam menyusun program pembinaan qari-qariah dan hafidz-hafidzah ke depan. Kami menargetkan peningkatan kualitas peserta MTQ melalui pelatihan intensif, serta penguatan program kerja yang benar-benar berkelanjutan agar manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Sutikno.
Melalui pertemuan ini, Sutikno berharap, lahir strategi konkret yang mampu menjawab tantangan zaman. “Sehingga Kota Cirebon tetap dikenal sebagai gudang para ahli Al-Qur’an yang tidak hanya unggul secara kompetitif, tetapi juga kokoh secara moral dan spiritual,” harapnya.” (Bud)















