Pemandangan Senja di Kebun Teh

Libur telah tiba, libur telah tiba, lagu Tasya ku nyanyikan secara spontan dari mulutku ketika hendak berlibur. Aku merupakan anak kedua dari dua bersaudara, ya aku mempunyai kakak laki-laki. Aku dan keluargaku memutuskan berlibur ke Puncak, Bogor. Aku memanfaatkan liburan singkat hanya 1 minggu yang bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri.

Di perjalanan, aku melihat banyak jenis mobil, pepohonan, yang membuat perjalanan liburanku semakin berwarna. Pada saat weekend membludaknya kendaraan yang berlalu-lalang di jalur Puncak Bogor dari Jakarta menyebabkan kemacetan. Maka dari itu, sistem buka tutup Puncak diberlakukan agar lalu lintas kendaraan lancar.

Berlibur ke Puncak merupakan destinasi tempat favorit yang masih di kunjungi oleh wisatawan. Mulai dari keluar pintu Gerbang Tol Gadog, Ciawi menuju jalur Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kami harus sabar menunggu sistem buka tutup jalur menuju Puncak dibuka.

Oleh karena itu, kesempatan para pedagang asongan yang berjualan minuman, tahu goreng, kacang-kacangan, telur puyuh, dan lain-lain. Dengan menjajalkan dagangannya ke setiap mobil-mobil pribadi yang berbaris. Bukan hanya usaha berdagang ada juga beberapa disabilitas mengadahkan tangannya ditemani orang yang sehat sambil menuntun jalan. Adapun ibu-ibu menggendong anaknya yang sakit secara fisik sambil meminta-minta ke setiap samping kaca mobil. Adapun badut yang berjoget-joget menghibur para wisatawan menunggu sistem buka tutup Puncak.

Hampir 3 jam kami menunggu sistem buka tutup Puncak. Akhirnya, jalur satu arah menuju Puncak dibuka. Lalu, kami melanjutkan perjalanan. Meskipun begitu, tetap saja kami masih dihadapkan kemacetan yang sesekali jalan tersendat-sendat. Uniknya terdapat wisatawan yang membawa mobil bak hitam ditutupi tenda orange lalu diikatkan di keempat tumpuan batang bambu pada ujung sisi mobil bak. Di dalamanya terdapat kurang lebih 8 orang. Meskipun begitu, terlihat mereka menikmati perjalanannya.

Kurang lebih 4 jam kami masih di dalam mobil, lalu kami memutuskan berhenti di Perkebunan Teh kawasan Gunung Mas Puncak, Bogor. Tempat itu menyediakan lahan parkir dan juga warung-warung yang menyuguhkan menu makanan maupun minuman seperti, mie rebus, nasi goreng, teh, kopi, jagung bakar dan lain-lain.

Memasuki perkebunan teh, untuk mobil pribadi dikenakan biaya sebesar Rp 7.500. Sesampainya di tengah perkebunan teh kami disuguhkan langit biru yang lama kelamaan berubah menjadi kuning kemerahan, menandakan matahari akan terbenam. Sebelum itu, kami menyempatkan berfoto-foto, menghirup udara segar, menikmati panorama hijaunya dedaunan pohon maupun daun teh. “Udaranya segar sekali tidak seperti di Jakarta” tutur Abangku.

Di samping keindahan hijaunya perkebunan teh, sayangnya masih ada sampah organik maupun anorganik seperti, botol kaca minuman, botol plastik minuman, kemasan plastik makanan ringan yang bececeran di tanah. akibat dari orang yang belum sadar betapa petingnya menjaga keindahan alam yang sudah tersedia. Matahari sudah terbenam mengharuskan kami meninggalkan perkebunan teh.

Sejenak kami istirahat dan menikmati jagung bakar di warung Anisa dengan harga Rp 10.000 untuk satu jagung bakar. Setelah itu kami kembali pulang ke rumah. Liburan singkat ini cukup melelahkan tetapi aku bersyukur mempunyai waktu berlibur dan menikmati indahnya senja di perkebunan teh bersama keluargaku. (Noviyanti-Politeknik Negeri Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *