Parman, Penjual Mainan Tradisional di Era Gadget

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Langkah demi langkah dilalui Parman menyusuri sepanjang jalan. Di bagian bahu kirinya, terdapat tali karet yang membawa dagangan lainnya seperti tumpukan suling,gangsing serta etek-etek. Lalu Parman duduk di depan kawasan Kota Tua sambil menurunkan dagangannya. Ia tetap semangat mengais rezeki meski harus duduk di bawah terik matahari. Parman menyapa para pembeli dengan ramah, meski di antara para pembeli itu tidak jadi membeli dagangannya.

Di zaman modern ini, gadget sudah seperti candu bagi semua orang, terutama anak-anak. Pemandangan anak-anak sedang bermain gadget sudah menjadi hal yang lumrah. Banyak orang-orang meninggalkan permainan tradisional dan lebih memilih bermain gadget.

Meskipun susah ditemukan, mainan tradisional masih dapat ditemukan di depan kawasan Kota Tua. Di Kota Tua, masih ada seorang pedagang mainan tradisional. Nama pedagang itu adalah Parman. Parman merantau dari Jogjakarta ke Jakarta untuk mengadu nasib di Ibu Kota. Sebelum berjualan mainan tradisional, Parman bekerja di toko sepatu sebagai penjaga toko.

Di depan kawasan Kota Tua, banyak sekali pedagang mainan modern,seperti pedagang mobil-mobilan. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat Parman, penjual mainan tradisional, untuk tetap menjajakan hasil kreasinya. Di tengah era gadget, Parman tetap bertahan dan berjualan di depan kawasan Kota Tua.

Meski sudah banyak mainan-mainan modern yang terpampang di etalase mall-mall, mainan tradisional belum kalah eksis dibanding dengan mainan modern. Mainan tradisional masih belum tergerus oleh zaman.

Hal itu dibuktikan oleh Parman bahwa mainan tradisional masih eksis. Parman menjual mainan tradisional hasil kerajinan tangan sendiri, seperti gasing, suling, dan kotok-kotok. Mainan itu terbuat dari bambu. Mainan yang dijual Parman sebagian dibuat sendiri, sebagian pesanan dari para pengrajin mainan tradisional di Jogjakarta.

Meski era gadget sudah menjamur di zaman sekarang, Parman tidak takut merasa tersaingi. Bahkan, Parman merasa senang. “Tidak merasa tersaingi, karena hanya saya yang jual. Kan tandanya saya berbeda sendiri,” ungkap Parman ketika diwawancarai.

Setiap harinya, Parman menjajakan dagangannya di depan kawasan Kota Tua. Parman berkata, banyak pengunjung yang sering membeli dagangannya. “Banyak kok yang membeli, semua kalangan ada. Dari turis bule, anak-anak, bahkan orang dewasa,” ujar Parman.

Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, Parman berjualan mainan tradisional untuk melestarikan budaya Indonesia. Parman yakin, mainan tradisional masih mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. “Saya jualan mainan tradisional sudah puluhan tahun dan selama saya berjualan, masih banyak orang yang beli. Jadi, saya yakin mainan tradisional tidak akan punah,” tambah Parman. (Audia Natasha Putri-Politeknik Negeri Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *