oleh Masquita Pragistari
Ditemani becak tua peninggalan kakaknya yang telah tiada, bersama semangat hari tua dan tanpa alas kaki ia menyusuri jalanan pasar mendorong becaknya mencari pedagang yang ingin menyewa jasanya demi sesuap nasi.
Pak Taryo, ialah seorang penyedia jasa becak keliling di Pasar Lembang, Sudimara Barat, Ciledug, Tangerang, Banten. Di pinggir jalanan pasar seluas 2 hektar itu Pak Taryo sedang duduk lusuh sambil memandang tumpukan buah pisang di becaknya bersama peluh setelah hampir 10 jam mengelilingi pasar.
“Capek sekali tiap hari muter pasar, apalagi saya kan sudah tua tenaganya beda sama waktu muda. Mau modifikasi becak tapi gapunya uang buat beli motor, apalagi modifikasinya itu kan harus digabung sama becak, biayanya gak murah, wong saya nyari uang buat makan aja susah” ujar Pak Taryo.
Keterbatasan ekonomi membuat hari tua Pak Taryo harus berhadapan dengan peluh, kakinya sudah lunglai dibawa menyusuri pasar, sesekali ia membasahi tenggorokannya di tengah ramainya pasar. Pak Taryo sudah tau pedagang yang akan menggunakan jasanya sehingga ia akan mendatangi tokonya, setelah semua barang langganannya telah diantarkan, ia akan mencari pedagang lain yang ingin menggunakan jasanya.
Dengan pelanggan yang tidak menentu, pendapatannya juga tidak menentu. Namun meskipun dengan sedikit keuntungan yang didapatkan, Pak Taryo tetap bersyukur karena masih dapat menghidupi keluarganya, setidaknya cukup membut dapur ngebul tiap hari
Kini harapan Pak Taryo hanya satu, memiliki motor agar dapat digabungkan dengan becaknya dan sejumlah uang untuk memodifikasi motornya agar ia tidak mudah lelah di tengah hari tuanya sehingga pendapatannya pun dapat lebih besar. Apapun itu, tujuan mulia akan terus memiliki jalan, semoga yang diharapkan Pak Taryo dijabah oleh Tuhan, Amin.