Pahlawan Sepanjang Masa

Saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana, lalu Tuhan menitipkan empat orang pahlawan dalam hidup saya. Bahagia sekali bukan? Tuhan memang romantis.

Penulis: Tasha Rainita Pratiwi/mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta

Saya sadar, empat orang pahlawan ini sangat berperan penting dalam hidup saya. Mereka semua mengajarkan saya apa itu arti dari “hidup” yang sebenarnya.

Sejak kecil hidup saya selalu dimanja oleh kedua orang tua. Apapun yang saya mau selalu dituruti tanpa embel-embel apapun, sedangkan empat orang pahlawan saya, sejak kecil sudah harus berjuang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Pahlawan pertama saya bertubuh gemuk, berkulit putih, dan berkaca mata. Memiliki sifat yang royal dan senang berguyon. Sejak kecil pahlawan pertama saya ini hidupnya tidak mudah. Ia harus tinggal bersama nenek saya karena pahlawan pertama saya ini memiliki banyak adik.

Saat sudah beranjak dewasa, barulah ia tinggal di rumah bersama orang tua dan adik-adiknya. Bermain lalu bertengkar sudah biasa. Namun, dari pahlawan pertama, saya dapat belajar berbagi kasih sayang dengan orang lain. Ya, berbagi kasih sayang dengan adik-adik yang lain tidaklah mudah jika memiliki hati yang iri.

Pahlawan kedua saya bertubuh tidak terlalu gemuk dan berkulit sawo matang. Memiliki sifat yang dewasa, bijaksana, dan paling pengertian. Sejak kecil pahlawan kedua saya ini hidupnya tidak mudah.

 Dulu, setiap pagi ia harus berkeliling berjualan nasi goreng, lalu baru setelah itu pergi ke sekolah menaiki sepeda. Namun, ia tidak pernah sedikit pun mengeluh dengan hidupnya. Ia selalu bersyukur dengan apa yang ia miliki.

Seiring berjalannya waktu, ia tumbuh menjadi laki-laki yang kuat. Setiap keluarga saya ada masalah, pahlawan saya yang satu ini selalu menjadi penengah. Ia bisa bersikap dewasa dan bisa mencari jalan keluar, seperti bermusyawarah dengan pahlawan-pahlawan yang lain. Pahlawan satu ini juga berhasil mengajarkan saya tentang kedewasaan, mengubah pola pikir saya menjadi lebih dewasa.

“Belajar yang benar, biar jadi orang sukses.” Ujar pahlawan kedua saya. Sampai sekarang saya selalu ingat dan kata-kata tersebut memacu saya agar menjadi orang sukses dan bisa membuat keluarga saya bangga.

Pahlawan ketiga saya bertubuh tidak terlalu gemuk, berkulit putih, rajin, anggun, dan cantik. Tentu berbanding terbalik dengan saya yang malas. Ia memiliki sifat yang cengeng, tetapi tidak pendendam. Sejak kecil hidupnya pun tidak mudah.

Dulu, ia pernah berjualan es kul-kul di depan rumah kemudian malu karena diolok-olok dengan teman-temannya. Namun, ia tidak pernah sekali pun berpikir untuk balas dendam kepada teman-temannya.

“Mau lagi apapun dan dimana pun, jangan pernah tinggalin salat lima waktu.” Ujar pahlawan ketiga saya. Kata-kata tersebut seolah menjadi tameng saya. Dalam keadaan apapun saya tidak boleh lupa dengan kewajiban saya, salat lima waktu.

Waktu terus berlalu, ia berhasil mengajarkan saya agar tidak menjadi manusia yang pendendam, mengajarkan saya betapa indahnya menjadi orang baik, mengajarkan saya betapa indahnya kekuasaan Tuhan, dan membawa saya lebih dekat dengan Tuhan.

Pahlawan keempat saya bertubuh tidak terlalu gemuk, berkulit sawo matang, hobi mendaki gunung dan bermain playstation. Ia memiliki sifat keras kepala, tidak bisa diatur, dan setia kawan.

Dulu, ia pernah dikuliahkan di salah satu universitas swasta, tetapi dengan keras kepalanya ia keluar dari universitas tersebut dengan alasan, “Muridnya kebanyakan.”

Kemudian, ia malah cari-cari kerja dan akhirnya berhasil kuliah dengan uang sendiri. Hidupnya tidak mudah, banyak pekerjaan yang sudah ia rasakan. Mulai dari berjualan minuman dengan box besar di motornya, menjadi pelayan di salah satu swalayan, dan sempat meninggalkan rumah beberapa bulan untuk bekerja di luar kota.

Pahlawan saya ini dapat menjalin pertemanan yang baik hingga bertahun-tahun lamanya. Sampai sekarang, masih banyak teman-teman yang suka datang ke rumah hanya untuk sekadar bermain playstation atau ngobrol-ngobrol ringan.

Dari pahlawan keempat ini, saya berhasil belajar bahwa perjuangan tidak pernah berbuah pahit. Ia juga mengajarkan saya pentingnya sebuah pengalaman, dan pentingnya memiliki banyak teman.

Saya banyak belajar dari keempat pahlawan tersebut. Masalah ada untuk saya lewati, bukan untuk saya hindari. Bicara soal dendam, dendam tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah. Sebaliknya, dendam akan membuat segalanya menjadi semakin rumit.

Kalian tahu siapa keempat pahlawan saya itu? Mereka adalah kakak-kakak terbaik saya. Katanya, kakak-beradiklah insan yang boleh dipercayai dan diharapkan. Sungguh, bahagia saya sangat sederhana. Bisa berkumpul dan tertawa bersama mereka saja saya sudah sangat bahagia.

Saya pernah membaca salah satu hadis Nabi SAW yang berbunyi, “Kakak-beradik yang saling sayang akan dikelilingi kursi-kursi yang sangat mulia pada hari kiamat nanti.”

Empat orang pahlawan saya ini sudah memiliki teman hidupnya masing-masing. Saya berharap semoga kalian terus bahagia bersama pasangan hidup dan buah hatinya di dunia maupun di akhirat kelak. Terima kasih sudah mengajarkan saya banyak hal tentang hidup. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *