
Langit di Depok sore itu terlihat mulai kelabu. Suara kendaraan-kendaraan di bawah jembatan dan perbincangan orang sekitar terdengar saling beradu. Orang-orang yang berjalan menyebrangi jembatan terlihat tergesa-gesa, sedangkan orang yang duduk di sudut jembatan hanya dapat melihat mereka berlalu.
Jembatan penyebrangan orang (JPO) yang menghubungkan antara pusat perbelanjaan Margo City dengan Depok Town Square merupakah salah satu jembatan penyebrangan yang berada di daerah Margonda. Beberapa anak tangga yang mulai rapuh, dan cat yang memudar tidak membuat jembatan tersebut sepi dipijaki para pejalan kaki.
Orang-orang yang telah melewati jembatan itu sebelumnya mungkin sudah tidak merasa asing saat melihat para pedagang kaki lima dan musik jalanan memanfaatkan keramaian pejalan kaki untuk mencari rezeki.
Para pedagang menggelar berbagai macam dagangannya. Mulai dari makanan, tisue, kaca, dan tempat untuk menyimpan kartu. Sedangkan para pemusik jalanan memanfaatkan keahlian mereka untuk bersenandung dan memainkan alat musik. Mulai dari alat musik pianika, gitar, suling, hingga biola.
Terkadang para pedagang dan pemusik jalanan yang berada di tempat tersebut terlihat duduk termenung sambil memandang kosong ke arah orang-orang yang sedang berlalu lalang. Teriknya matahari siang dan dinginnya angin malam tidak menghentikan usaha mereka untuk mencari uang.
Akan tetapi, tempat yang mereka gunakan membuat sebagian besar para pengguna jalan merasa terganggu. Jalan yang ada di jembatan penyebrangan tersebut tidaklah luas, sehingga mereka jadi memperlambat langkah kaki orang-orang yang diuntit waktu.
Pemerintah sudah seringkali menegur para pedagang asongan untuk tidak menjajarkan dagangannya di jembatan penyebrangan. Karena jembatan penyebrangan dibuat untuk membantu masyarakat menyebrang jalan, bukan tempat masyarakat mencari uang. (Rifka Afifah Zahrah