Menakar Calon Pimpinan Tanfidziyah NU Kota Bandung

BANDUNG | BBCOM | Konferensi Cabang organisasi Nahdlatul Ulama (NU) tingkat Kota Bandung (Konfercab NU Kota Bandung ke- XlX) tanggal 9-10 Desember 2023 pelaksanaan di Pondok Pesantren Sirnamiskin Bandung sudah disetujui Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Hal itu tertuang dalam surat Jawaban PBNU nomor : 1175/PB.03/A.l. 03.45/99/11/2023 terhadap surat permohonan PC NU Kota Bandung nomor : 230/PC/A.l/D-18/10/2023 bahwa pelaksanaan Konfercab PC NU Kota Bandung ke -XIX dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan tanggal 9-10 Desember 2023.

Dalam keterangan surat dari PBNU tersebut mengamanatkan bahwa palaksanaan Konfercab di tingkat Kabupaten dan Kota  tersebut harus mengikuti aturan pada anggaran dasar-rumah tangga, peraturan perkumpulan dan peraturan PBNU. Juga harus melaporkan hasil Konfercab kepada PBNU selambat-lambatnya 30 hari setelah Konfercab dilaksanakan.

Pertanyaannya adalah, sebarapa penting Konfercab NU itu? dan apa implikasinya bagi organisasi NU dan warga nya ? Konfercab sangat penting sebagai hajatan 5 tahun an internal warga NU di tingkat Kota maupun Kabupaten tersebut mengingat dalam Konfercab akan menghasilkan suksesi kepemimpin Syuriyah dan Tanfidziyah serta terdapat putusan-putusan penting dalam kemajuan jam’iyah Nahdlatul Ulama di tingkat Kota dan Kabupaten.

Ketua PC NU Kota Bandung KH.Agus Syarif Hidayatullah LC, MA seperti dilansir situs resmi Konfercab XIX PCNU Kota Bandung megatakan Konfercab PC NU ke-XIX selain membahas laporan  pertangungjawaban program-program pengurus dan putusan-putusan bahtsul masail sekaligus sebagai forum tertingi suksesi kepemimpinan di tingkat cabang.

“Konfercab ini merupakan permusyawaratan tertinggi tingkat cabang yang akan membahas pertanggungjawaban pengurus, program kerja, organisasi, dan bahsul masail, sekaligus suksesi kepemimpinan PC NU ke depan,” ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di Maroko.

Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Kota Bandung memiliki sejarah panjang. Organisasi yang dimotori para kiyai ini sangat dinamis melawati berbagai pase zaman dan memeliki kesejarahan penting bagi republik ini, dua kali perhelatan akbar secara nasional yaitu Muktamar NU yang diselenggarakan pada 1932 dan 1967 tersebut menandakan besarnya oraganisasi NU di Kota Bandung.

Meski pada zaman sekarang Jam’iyah NU di Kota Bandung sudah tidak sebesar seperti masa lalu, namun keberadaannya masih cukup penting dan strategis bagi umat Islam seacara umum, khususnya warga NU walau untuk tidak menyebut redup keberadaannya.

Oleh sebab itu Konfercab ke-XIX 2023 ini adalah momentum kembali membangkitkan kejayaan organisasi NU di Kota Bandung dalam menentukan arah baru Pengurus Cabang NU yang akan datang, dengan dibutuhkan para pengurus yang tidak hanya memiliki glorifikasi, akan tetapi tentu yang paling penting memiliki integritas dan progresif serta mementingkan kepentingan jam’iyah diatas kepentingan yang lain serta memiliki kepiawaian mengelola organisai dengan baik dan akuntable.

Konfercab PC NU ke-XIX  setidaknya harus melahirkan suksesi kepemipinan yang berani  turun ke bawah, dalam istilah modern sosok pemimipin yang populis bukan pemimpin yang elitis. Populisme merupakan karakter jam’iyah NU sejak lama sebagaimana para muasis NU pada masa lalu melakukan pendekatan egaliter dalam memajukan jam’iyah NU, mereka banyak berkomunikasi ke-bawah lewat kekuatan apa yang disebut “silaturrahmi.”

Komunikasi ke bawah jadi ciri kekuatan para kiyai pada masa lalu dan bahkan sampai zaman modern seperti saat ini.

Akan tetapi kekuatan silaturrahmi di zaman politik elektoral seperti sekarang acapkali selalu dianggap remeh dan bahkan selalu dituduh sebagai misi terselubung untuk maksud-maksud politis. Namun tesis ini bisa benar bisa pula salah. Mungkin jika silaturahmi dilakukan para politisi kemungkinan besar tujuan akan lain dan tesis tersebut bisa benar adanya. Tapi bila para kiyai-kiyai sudah melakukan silaturrahmi mendatangi ke berbagai pihak untuk bertanya dan melakukan pendangan-pandangan ke sejumlah kiyai lain biasanya ada satu problem serius yang hendak diselesaikan atau diluruskan pada perkumpulan tersebut.

Kembali berbicara pada masalah suksesi di Konfercab XIX tahun ini, maka sepertinya sudah sepatutnya harus melahirkan sosok para pengurus yang berani menghidupi NU bukan mencari kehidupan di NU atau numpang popularitas untuk kepentingan pribadi maupun politik. Sosok kepengurusan yang memiliki akuntable dan integritas serta tranparansi dalam mengelola sumber-sumber kekayaan organisasi harus menjadi ekosistem baru para pengurus yang akan datang.

Kita percaya ada banyak tokoh-tokoh NU Kota Bandung untuk memimpin NU Kota Bandung di masa yang akan datang, para aktor-aktor NU Kota Bandung yang hebat-hebat tentu sangat berlimpah sebagai kader-kader NU.

Sejumlah kader NU Kota Bandung seperti dikatakan Ketua Ansor Kec. Cibeunying Kaler Mochammad Malik Alfarizy AB, ia memotret tokoh-tokoh senior NU Kota Bandung yang layak jadi ketua Tanfidziyah seperti KH.Achmad Haedar M.Ag, KH. Iik Abdul Chalik SH.CN, KH. Drs.Agustani Kartadiredja, KH. Wahyudi Ali, KH. Agus Syarif Hidayatullah LC.MA, KH. Deden Fahruroji S.Ag, KH.Drs. Ceng Dudung, KH. Drs. Khoerudin Aly MPd.I, KH.Drs. Zaenal Muttaqin, mereka tokoh-tokoh senior yang patut dipertimbangkan memimpin NU Kota Bandung.

Adapun di kalangan kader-kader muda NU menurut Malik menambahkan nama-nama seperti KH. Umar Rosyadi M.Pd, KH. Wayul Afif Al Ghafiqi, KH.Asep Irfan M.Pd, KH. Engkus Suhendar M.Ag, KH. Dr (Cand) Bambang Yasmadi ST.MT, KH. Nasrulullah Jamaludin M.Pd, dan KH. Dr. Tatang Astarudin SH. M.Si mereka layak maju pada Konfercab XIX 2023.

Hal senada dikatakan sejumlah pengurus MWC NU Kota Bandung nama-nama di atas layak jadi nakoda NU Kota Bandung mendatang,tentunya ini untuk menyebut beberapa nama dari sekian banyak kader NU yang memiliki kans memimpin NU di Kota Bandung.

Meski demikian nama-nama  di atas yang disebut belum tentu akan mencalonkan atau dicalonkan, semua tergantung terhadap personal mereka. Biasanya dalam tradisi NU ada rekomendasi dari para kiyai sepuh terutama di dewan Syuriyah, ini menjadi penting sebagai bahan pertimbangan penilain personal para kandidat layak atau tidak mereka cakap dalam memimipin organisasi, biasanya dewan Syuriyah memiliki pereferensi khusus pada keriteria tertentu dan berpegang pada kaeadah-kaedah Syariah yang  gabungkan dengan metodologi zamannya.

Apalagi  mekanisme untuk menjadi pengurus NU harus tunduk pada anggaran dasar/ rumah tangga dan perkumpulan organisasi serta maknisme PBNU, para kiyai sepuh ini akan selalu berpedoman terhadap apa yang sudah digariskan organisasi. Misal seperti sesorang yang ingin menjadi pengurus NU di tingkat Kota / Kabupaten selain harus pernah jadi pegurus NU mereka harus lulus pangkaderan (PKMNU) yang dibuktikan dengan adanya sertifikat kelulusan, tentu rekomendasi para kiyai akan tunduk pada aturan yang sudah digariskan organisasi, para kiyai umumnya mereka ta’at asas selain pertimbangan syariah tentu petimbangan kebijakan organisasi yang  sudah ditentukan PBNU .

Dengan demikian Konfercab NU Kota Bandung ke-XIX 2023 harus jadi momentum untuk mengembalikan sejarah NU yang pernah besar di Kota Bandung dengan menghasilkan para pemimpin NU yang aktif, progresif, akuntable dan piawai dalam mengolola organisasi para ulama ini dengan baik. Sehingga tagline “ Penguatan Aswaja dan Optimalisasi Potensi untuk Membangun Kemandirian Jam’iyah NU” dalam Konfercab NU Kota Bandung ke- XIX tahun ini tercapai, semoga lancer dan sukses.! ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *