Media sosial merupakan media yang digunakan untuk mempermudah manusia menyampaikan informasi dan sebagai tempat manusia untuk berekspresi menyampaikan pendapat serta melakukan aksi-aksi yang bermanfaat bagi kehidupan. Namun disamping itu, kebebasan yang disediakan oleh media sosial justru dapat berdampak sebaliknya, tergantung kebijakan dari pengguna media sosial itu sendiri khususnya Indonesia.
Media sosial seperti facebook, twiter, instagram, whatshap, youtube, telegram dan yang lainnya merupakan media sosial yang sudah tak asing di masyarakat Indonesia. Bukan hanya dari kalangan remaja, melainkan anak-anak serta orang tua pun turut merasakan dampak dari kemajuan teknologi saat ini.
Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 13% dari tahun 2018. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi, naik 8,3% dari tahun sebelumnya.
Namun, semakin banyaknya pengguna media sosial, semakin mudah pula terjadinya konflik antar penggunanya. Berdasarkan pernyataan dari salah satu mahasiswa bernama Irani, ia mengungkapkan, media sosial kini sudah menjadi suatu tempat untuk beradu pendapat. Jika ada suatu isu atau pemberitaan yang menyimpang dari pemikiran seseorang, pasti sangat rentan untuk terjadinya konflik.
Dengan kemudahan yang dimiliki, media sosial mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang negatif, seperti menyebarkan isu kebencian, penipuan, berita hoax dan hal lain sebagainya yang merugikan manusia itu sendiri bahkan dapat memecah persatuan bangsa.
Aylin Manduric dalam tulisannya berjudul “Sosial Media As a Tool for Information Warfare” menyatakan bahwa media sosial sebagai senjata pemusnah massal dan pemicu timbulnya konflik, berperan sebagai senjata kata-kata yang mempengaruhi hati dan pikiran audiens yang ditargetkan.
Media sosial juga dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk merekrut anggotanya yang dijadikan sebagai penyebar ajaran-ajaran sesat. Hal ini banyak menimbulkan masalah dan merusak keamanan negara. Salah satu isu yang paling mudah digunakan yaitu isu SARA karena SARA menajdi isu yang strategis dalam membuat konflik sosial dan cepat direspon masyarakat.
Pengamanan media sosial yang minim membuat mudahnya beredar berita dan informasi memberitakan yang tidak jelas alias hoax. Terlebih jika tidak diikuti dengan sikap dan mental yang bijak dari penggunanya, media sosial kini hanyalah alat yang digunakan dalam perang politik dan alat pemecah persatuan bangsa. (Abizar Ahmad Fawzi)