Berkat kehendak dari Sang Pencipta dan perjuangan seorang ibu yang telah diamanhkan untuk membesarkanku dan merawatku aku bisa hidup di dunia ini. Tanpa rasa malu kukatakan bahwa ibuku adalah segalanya bagiku. Semua yang telah dilakukannya dan semua kasih sayangnya untukku bagai jalan yang tak ada ujungnya. Ia seperti diciptakan sebagai malaikat yang tak bersayap.
Aku memang tidak pernah melihat bahkan tidak pernah tahu bagaimana dulu perjuangannya melahirkanku ke dunia ini. Di dinginnya malam, tangis yang pilu dan rasa sakit yang sangat amat menusuk pasti dirasakannya. Jangankan saat itu, selama mengandungku saja pasti juga menyakitkan untuknya. Demi untuk aku hidup ibu mempertaruhkan nyawanya.
Sebagai anak ketiga yang telah lahir aku menjadi bagian penambah warna dalam kehidupan ibu. Aku dimanja dan diberi segudang kasih sayang. Keberadaanku yang sudah lama dinanti-nanti terasa terbayarkan dengan aku yang tumbuh menjadi anak yang sehat. Begitu banyak canda dan tawa dalam lingkaran hidup ibuku dan aku.
Saat aku menangis di tengah-tengah gelapnya malam bahkan hampir pagi ibu rela bangun dan terganggu dari tidurnya demi aku. Tiada lelahnya ibu merawat dan medidikku hingga aku bisa menjadi seperti saat ini. Seperti roda yang terus berputar dengan tiada hentinya ibu menjalankan hari-harinya bersamaku. Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam aku lewati bersama ibu.
Hingga tiada terasa aku beranjak dewasa dan mulai berkurang waktuku bersama ibu. Aku selalu ingin menjadi yang terbaik untuknya. Dengan berbakti dan berguna kelak agar ibu bisa bangga kepadaku. Aku ingin mewujudkan segala tutur mimpi dan harapannya yang dulu pernah terucap. Aku berjanji tidak akan pernah khianati permintaannya dan berusaha memenuhinya agar aku menjadi anak yang baik.
Saat aku merasa berda di bumi yang paling dalam dan merasa sangat terjatuh ibu selalu menarikku kembali dan seakan menggendongku untuk naik ke atas. Semua masalah hidup yang pernah aku lalui selalu mendapatkan solusi. Ibu bagaikan dokter yang dapat menyembuhkanku bukan hanya saat sakit tapi saat aku merasa kehilangan diriku sendiri (frustrasi).
Aku pernah mengalami frustrasi dalam hidup saat gagal lolos masuk perguruan tinggi. Dari jalur mana pun aku gagal berkali-kali, tetapi ibu selalu mendukungku dan mendoakanku tiada hentinya. Di ujung usahaku yang terakhir ibu menemaniku datang menemaniku mengikuti seleksi. Kekuatan dukungan dan doa dari seorang ibu begitu ampuhnya. Aku lolos seleksi dan masuk di salah satu perguruan tinggi. Bukan bangga lagi, air mata sudah dikeluarkannya saat kabar gembira itu keluar.
Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya jika tidak ada ibu dalam kehidupanku. Bagiku tidak ada yang bisa menggantikannya dalam hidupku. Ibu seperti pahlawan di bumi ini yang selalu menangkis semua beban-beban dalam hidupku. Merantai hambatan yang menghalangiku dan membukakan jalan untuk aku hidup.
Aku tidak akan bisa membalas semua jasa dan waktu yang telah kau habiskan untukku. Tetapi aku akan selalu mencoba dan berusaha untuk menjadi yang terbaik bagimu. Aku hanya berharap semoga semua kebaikan tulusmu dan jasa-jasamu akan dibalas oleh Sang Pencipta. Aku anakmu yang sangat menyangimu selamanya. (Trisya Frida Y/PNJ)