Dimas Akan Berikan Edukasi Kepada Para Gamer Muda Terutama Pelajar dan Mahasiswa

BANDUNG BBCom– Kembalinya Dimas kedunia games, untuk memberikan edukasi kepada para gamer-gamer muda terutama para pelajar dan mahasiswa, supaya pandangan negatif terhadap gamer dapat berubah. Bahwa para gamer  tidak semuanya negatif tapi ada sisi positifnya.

Dimas sejak duduk dibangku SD sudah tertarik main games, walaupun sering dilarang sama orang tua tapi ia tetap aja secara sembunyi-sembunyi main games di warnet.  Namun, begitu dirinya duduk di bangku  SMA mulai ikut turnamen dalam Negeri bahkan di Asia pada tahun 2009-2011.

Kecanduan main games menurut Dimas sampai selesai kuliah, setelah itu dirinya mencoba mencari pekerjaan, tapi tetap saja masih suka main games. Akhirnya, bersama rekan gamer mencoba mencari bentuk dan wadah untuk mewadahi kawan-kawan sesama penyuka games. Agar tetap hidup.

Dikatakan Dimas, edukasi yang terpenting untuk para orang tua, bahwa bermain games tidak selalu negatif bahkan dari games kedepan memiliki jenjang karier yang  bagus. Karena Games kini sudah diakui dan masuk kesalah satu cabang olahraga.  Bahkan saat Asian Games kemarin juga dipertandingkan.

Jumlah Gamer di Indonesia cukup besar mungkin sudah ada puluhan juta orang, termasuk juga di kota Bandung ini. Bahkan kini games dapat dimainkan melalui HP Android, sehingga setiap hari akan ada puluhan gamer-gamer baru.

Hampir semua games baru tidak ada standarnya, namun bila dipertandingkan dan si orang yang menjadi juara maka dialah yang menjadi standar player untuk games yang dipertandingkan.

Dulu orang bermain games tujuannya hanya untuk happy aja, tapi kini orang bermain games tujuan untuk cari duit. Jadi bukan dari pro player tapi para gamer berpikir berapa besar penghasilan saya dari games yang dimainkan.

Dampak negatif  bagi para gamer itu yaitu ombisius karena target setiap main games harus menang,  semakin berkurangnya bersosialisasi/ kurang berinteraksi dengan lingkungan, bahkan akibat kecanduan main games jarang keluar rumah, lupa makan-minum. Maka Hal jelek seperti ini harus dirubah, bermain games harus dibatasi waktu, seperti waktu belajar, waktu berinteraksi sosial, waktu main games dan istirahat.  Kalo, bermain games berjam-jam tanpa istirahat, tentunya otak kita capek, sehigga kita main gamesnya menjadi bodoh. Untuk harus ada istirahat untuk merepressing otak kita.

Dimas berharap, kedepan para orangtua gamer dapat mengerti atas hoby anaknya, karena games itu sebenarnya seni. Orangtua kalau anaknya ingin jadi artis, penyanyi, masyoratis ortunya mendukung. Tetapi kalo anaknya bermain games mayoritas ortunya melarang.

Games saat ini sudah sudah bagian dari e-sport, sehingga kini sudah ada dukungan dari pemerintah walaupun belum sepenuhnya. Untuk itu, kita harapkan gamer indonesia dapat go internasional.

Kota Bandung dari beberapa tahun kebelakang sudah cukup banyak founder games yang jago-jago lahir dari Bandung. Karena kota Bandung terkenal sebagai kota kreatif dan inovasitif.

Saat ini sudah banyak tim-tim gamer tapi belum terbentuk komunitas games. Kan kalo tim itu haya untuk kepentingan turnamen, sedangkan komunitas jauh lebih besar seperti, tempat komunikasi ,sharing/ bertukar pengalaman, serta tempat pembelajaran bagi kalangan gamer muda. Selain itu, saat ini, masih sering terjadi marah-marahan usai pertandingan.

Gamer itu terbagi-bagi ada yang bermain games hanya untuk Fun Player (bersenang-senang) dan ada yang Profesional yang menekuni games sejak kecil, mengikuti berbagai turnamen. Sehingga kedepan kita akan membagi pemain games dalam beberapa katagori, seperti usia dini, usia SD, SMP, SMA dan Mahasiswa serta orang dewasa.  Sehingga jelas jenjangnya gamernya.

Kini sudah banyak media sosial yang bersedia menjadi sponsor, seperi facebook, youtube, instegram

Dunia games atau sering disebut E-sport saat ini sangat digandrungi oleh kaum milenial karena kemajuan teknologi. Untuk itu, tak aneh jika kalangan anak muda hasrat untuk bermain game online tak terbendung.

Dimas Maulana Yusuf Sembiring sebagai mantan pro player Dota 2 menuturkan, sekarang untuk mencari informasi tentang game sudah banyak dan games juga tidak hanya bisa dimainkan melalui komputer tetapi juga menggunakan handphone atau gadget.

“Kemudahan-kemudahan dalam bermain game melalui gadget atau yang sering disebut dengan Game Moba, membuat orang tua dari anak-anak yang kecanduan bermain game menjadi khawatir terhadap anaknya,” katanya. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *