
Penyakit diabetes tidak pandang bulu, semua orang bisa terkena . Semua itu tidak mustahil. Karena 5 faktor, yaitu budaya makan, pola hidup (gaya hidup), pola kerja, pola pikir, dan juga faktor “U”, yaitu usia dikarenakan organ tak lagi seprima dulu di saat masih muda.
Pola hidup yang keliru, cenderung ceroboh hingga mengarah ke “rakus”. Mengonsumsi makanan cepat saji, berkalori tinggi, manis, serta mengandung lemak. Hal itu semakin diperparah dengan pola kerja yang tidak memperhatikan kesehatan sehingga menjurus ke pola bicara yang emosional. Merupakan salah satu faktor penyakit diabetes.
Pada penderita diabetes, ada gangguan keseimbangan antara transportasi gula ke dalam sel, gula yang disimpan di hati, dan gula yang dikeluarkan dari hati. Akibatnya kadar dalam darah meningkat. Kelebihan ini keluar melalui urine. Oleh karena itu, urine menjadi banyak dan mengandung gula.
Penyebab keadaan ini hanya dua. Pertama, pankreas tidak mampu lagi memproduksi insulin. Kedua, sel tidak memberi respons pada kerja insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga gula tidak dapat masuk ke dalam sel.
Lalu, berapa kadar gula darah bisa dikatakan normal? Ada tes gula darah yang dinamakan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) atau Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Setelah berpuasa selama 10 jam (satu malam), diperiksa gula darah 2 jam setelah diberi minum gula sebanyak 75 gram dan apabila gula darah di bawah 140 mg/dl maka bebas dari diabetes. Akan tetapi, jika gula darah diantara 140-199 mg/dl artinya prediabetes. Ketika gula darah di atas 200 mg/dl dipastikan terkena diabetes.
Gejala dan tanda timbulnya penyakit diabetes bisa muncul secara tiba-tiba, misalnya sering buang air kecil, Anda juga akan merasa dehidrasi atau kekurangan cairan, Berat badan menurun, sering merasa lelah, pandangan kabur, sering terjadi infeksi kulit dan saluran kemih, serta kesadaran menurun. Tetapi gejala tersebut tidak semuanya terjadi secara bersamaan.
WHO (World Health Organization) menyebutkan separuh diabetes dewasa di dunia berada di 5 negara, yaitu China, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Indonesia. Banyak negara tidak menyadari dampak bahaya diabetes terhadap sosial dan ekonomi. Saat ini, sekitar 3% penderita diabetes bertambah setiap tahunnya.
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin. Tidak sedikit penderita diabetes bisa disiplin mengatur pola makannya dan menjalani gaya hidup yang sehat.
Sekarang tidak ada yang tidak mungkin, apalagi jika memang ada faktor keturunan diabetes seharusnya lebih intens menjaga kesehatan dibanding orang yang tidak mempunyai riwayat keturunan. Yang terpenting adalah bagaimana mengubah gaya hidup untuk memiliki kehidupan yang sehat dan lebih aktif.
Rima Alfiany/ PNJ