KAB. BANDUNG | BBCOM | Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendy menyarankan Perpustakaan Kabupaten Bandung bisa menambah buku-buku tentang keterampilan dan vokasi. Menurutnya, saat ini orang-orang sedang membutuhkan buku-buku semacam itu. Apalagi, kata Dede, angka pengangguran saat ini bertambah 7 juta.”Orang sudah mulai berpikir melakukan kegiatan usaha sampingan, masakan online, beternak lele, nila dan sebagainya. Buku keterampilan itu sangat sulit dicari, padahal di perpus ada. Tapi di perpus tidak muncul,” kata Dede saat wawancara di Perpustakaan Kabupaten Bandung, Soreang, Rabu (21/10).
Kalau hanya buku karya ilmiah, lanjut Dede, hanya akan dicari oleh orang yang membutuhkan saja. Sedangkan, di tengah pandemi Covid 19 ini, ada momen dimana orang harus terpaksa berhenti kerja karena mengalami PHK. Sehingga, harus berpikir mengalihkan usahanya. Maka, untuk mendapatkan informasi itu, disiapkan buku-buku vokasi atau keterampilan teknologi terapan. Secara signifikan maka orang bertanya tanya kemana saya mencari buku soal keterampilan. Ini salah satu yg saya harapkan, bagaimana perpustakaan memanfaatkan situasi orang di rumah, untuk belajar ke perpustakaan. Dengan suasana yang nyaman, dingin, ngopi, membaca gratis lagi kan,” tutur Dede.
Perpustakaan harus bisa jemput bola. Artinya, jangan hanya menunggu orang datang ke perpustakaan. Tapi, harus bisa menyediakan book corner diluar perpustakaan, yang tidak hanya menyediakan buku-buku ilmiah. Tapi juga buku fiksi, biografi, dan tentunya untuk membuat kartu member perpustakaan diusahakan gratis, sehingga orang tertarik.
“Teknik seperti ini perlu dilakukan, banyak ibu ibu yang mau mencoba memasak, tapi tidak tahu resepnya, tiba tiba di luar ada, dia lihat lihat, baca dan akhirnya datang lagi,” sambungnya.
Perpustakaan nasional, termasuk daerah dan lainnya merupakan salah satu hal yg ingin pihaknya dorong dari sisi literasi. Keinginan membaca dan arsip pendataan merupakan terobosan untuk masuk ke industri 4.0.
“Minat orang ke perpus itu tidak begitu besar. Seperti orang datang ke toko buku, kalau orang ke toko buku berarti dia mencari buku buku yg menurut dia, dia butuh. Keperpustakaan ini, orang datang hanya untuk tugas sekolah, cari literatur untuk menulis naskah, karya ilmiah dan lain-lain,” jelas Dede.
Dede mengakui tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Bisa saja, kata Dede, karena buku masih mahal, akses mendapatkan buku masih sulit dan tidak tersedia buku yang beragam. Menurut Dede, orang lebih berminat untuk membaca buku fiksi. Oleh karena itu, harus ada keinginan membuat buku non fiksi, bisa seenak membaca buku fiksi.”Ini harus disadari oleh pembuat buku baik isi dan penyusunan harus menarik. Di Indonesia ini angka literasi kita masih belum terlalu tinggi. Tapi, angka audio visual, tinggi. Orang lebih senang menonton daripada membaca. Tapi, penting untuk membaca yg sesuai kemauan kita. Inilah yg salah satu tugas bangsa membudidayakan membaca dengan cara yg lebih modern,” pungkas Dede.
Sementara itu, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Bandung Tri Heru Setiati,SH,Sp.I mengaku pihaknya saat ini masih kekurangan sejumlah buku guna memenuhi standar nasional ketersediaan buku di perpustakaan. Standarnya perpustakaan daerah harus memiliki setidaknya 50 ribu judul buku. Dijelaskannya saat ini buku yang ada baru sekira 25 ribu eksemplar. Dari jumlah tersebut pihaknya memiliki 10 ribu judul buku dan 1.000 buku digital atau e-book.
“Koleksi kami ada sekitar 25 ribu eksemplar, kurang lebih ada sekitar 10 ribu judul buku. Di samping itu ada ebook kurang lebih sebanyak 1.000,” jelas Tri
“Kalau standar nasional itu, perpustakaan daerah harus ada 50 ribu judul buku. Sehingga kami masih tetap membutuhkan buku-buku atau ebook untuk memenuhi kebutuhan,” kata dia. pihaknya mengaku telah melakukan sejumlah kegiatan guna meningkatkan minat membaca warga Kabupaten Bandung. Salah satu di antaranya dengan kegiatan Sabilulungan Wisata Literasi (Satali).
“Kami lakukan kegiatan Satali atau Sabilulungan Wisata Literasi, kami mengajak anak-anak sekolah untuk berkunjung ke perpustakaan dengan berbagai kegiatan di perpustakaan. Ada literasi lingkungan ada literasi science ada literasi membaca, ada menggambar dan lain sebagainya,” jelasnya (*R)