Tak seperti kebanyakan orang-orang lain di kota ini, kau sudah memulai hari saat pukul 4 pagi tiba, tidak banyak peralatan yang kau bawa saat itu, hanya bermodalkan baju ganti, sebuah handuk kecil dan sebotol air minum. Seperti biasa anakmu masih tidur saat itu, dan istrimu sedang menyiapkan sarapan yang sangat sederhana untuk dirimu, sebelum melangkahkan kaki keluar rumah terdengarlah sebuah bisikan cinta yang begitu hangat dari istrimu, ia menyalami mu dan mengucapkan kata hati-hati sebelum pergi dan semoga hari ini ada sedikit rezeki yang bisa dibawa pulang.
Penulis : Faqiih Daffa Fadillah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta program studi Jurnalistik
Kau kayuh sepeda tua itu sampai ke tempat kerja, bisa dibilang tak begitu jauh dari rumahmu sampai ke tempat kerja, saat sampai di sana kau selalu disambut hangat oleh penjaga tempat itu, “selamat pagi Pak” ujar si penjaga untukmu. Ternyata saat itu kapal-kapal di sana sudah banyak yang berlabuh, lalu kau siapkan dirimu juga saat itu.
Banyak juga orang-orang yang berprofesi seperti dirimu, mereka juga sudah sampai di sana dan sedang menyiapkan diri mereka, disaat itu juga kau mulai memasuki satu kapal yang membawa banyak olahan gula merah yang sudah dikarungi, tugasmu saat itu memindahkan karung-karung itu dari kapal ke sebuah truk pembawa barang.
Biasanya jika karungnya sedikit kau hanya memanggulnya dan memindahkannya ke truk itu namun jika bawaan di kapal itu banyak, kau dan teman-temanmu memindahkannya dengan alat capit yang ada di kapal itu setelah sudah dipindahkan ke truk kau menyusun dan menumpuk karung-karung olahan gula itu menjadi satu dan rapi.
Satu kapal yang kau pindahkan barangnya ke sebuah truk itu biasanya memberimu upah Rp20.000 jika barang yang dipindahkan ada banyak, jika sedikit mereka hanya memberimu upah sebesar Rp10.000, dalam satu hari penuh kau bisa memindahkan barang dari tiga kapal yang ada di sana, jadi satu hari itu kau dapat membawa pulang antara Rp30.000-Rp50.000 dan menurutmu itu sudah cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari di rumah.
Satu demi satu kapal kau masuki dan kau lakukan hal yang sama seperti di awal secara berulang, pekerjaanmu saat itu memang banyak sekali resiko, kau sendiri pernah menjatuhkan karung itu saat memanggulnya dan membuat karung berisikan olahan gula itu pecah dan tumpah, saat itulah hal yang paling menyedihkan karena kau harus menggantinya dengan memotong upah panggulmu itu. Namun banyak juga pekerja di sana yang merasakan hal yang sama.
Sebagai profesi yang biasa dikatan kuli panggul ini memiliki banyak sekali harapan untuk memiliki hidup yang lebih baik, termasuk dirimu, kau berharap agar pemerintah setempat juga orang-orang yang memiliki kekuasaan di daerah tersebut dapat memberi perhatian lebih kepada kau dan teman-teman seperjuangan mu, seperti upah yang tidak sebanding dengan kerja, dan tempat tinggal yang layak untuk keluargamu. (***)