Toren Jadi Pajangan, Sumur Siuk Alternatif Warga Mendapatkan Air

BANJAR BBCom – Kekeringan akibat musim kemarau yang melanda di sejumlah wilayah di Kota Banjar sangat dirasakan oleh warga masyarakat sehingga berdampak pada krisis air bersih.seperti yang dialami oleh warga Lingkungan Pangadegan, Rt 07/Rw 18, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat, 

Warga sekitar terpaksa  harus memanfaatkan air yang ada pada “Sumur Siuk” untuk memenuhi kebutuhan air bersih keperluan sehari-hari, seperti mandi, masak, minum dan lainya.

Reni Purnamasari (23) salah seorang warga kepada BBCom mengatakan, dirinya bersama warga lainnya untuk mendapatkan air harus berjalan sejauh 200 meter melalui jalan setapak yang berbatu juga berliku untuk sampai ke “Sumur Siuk”. 

Dikatakan Reni, mengambil air sudah menjadi rutintas semenjak musim kemarau, bahkan untuk mendapatkan air bersih yang di butuhkan Reni harus pergi lebih pagi, karena sampai saat ini Reni dan warga lainya belum pernah mendapatkan bantuan air bersih.

“Sampai saat ini air bersih yang di janjikan berlum juga di kirim,”katanya, Senin(10/9) saat mengambil air di “Sumur Siuk”

Dia menambahkan, krisis air bersih ini sudah berjalan selama 4 bulan, sementara sumur warga lainya sudah pada kekeringan hanya “Sumur Siuk” yang saat ini masih bisa di manfaatkan.

“Saya sudah sekitar 4 bulanan mengalami krisis air bersih bersama warga lainya, karena sumber air dan sumur-sumur warga sudah mulai kemeringan, Sumur Siuk sebagai alternatif ,”ungkap nya

Lanjut Reni , pengurus Rt sudah mengajukan bantuan sumur bor ke Pemerintah Kota Banjar melalui Kelurahan, sedangkan pihak Kelurahan hanya bisa menampung keluhan warga, untuk realisasi menunggu keputusan dari Pemerintah Kota, jelasnya.

“Untuk mendapatkan bantuan sumur bor minimal harus 25 KK, sedangkan disini hanya ada 18 KK,”ujar Reni

Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Rt 07 Rw 18 Kusmana (30), setiap musim kemarau tiba, warga Dusun Pangadegan ngambil air bersih dari sumur yang dibuat warga dalam kolam (Sumur Siuk).

“Kalau toren sudah ada sejak 2 minggu tapi bantuan airnya belum ada kami pasrah lah karna mau dapet bantuan aja aturan nya ribet banyak aturan, gak tahu kalau kesehatannya mah, kalau di kampung yang penting ada air jernih ya dipakai aja”, ujarnya.

Kusmana berharap, kepada Pemerintah Kota Banjar agar segera memperhatikan kampung kecil dan bisa mendengarkan keluhan warga, yang kami harapkan jangan kalau didepan saja yang bagus, ternyata didalamnya jelek,”pungkasnya. (Johan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *