Saung Angklung Udjo Tempat Seni Sunda Harus Dipelihara dan Dijaga

BANDUNG | BBCOM | “Datanglah ke tempat kami, ke Saung Udjo. Tempat seni dipelihara, dijaga, dan dimainkan oleh anak-anak.” 

Begitu Udjo Ngalagena mengajak para turis yang mengunjungi Kota Bandung pada tahun 1970-an. Usai mengajar di sekolah, ia selalu mengayuh sepedanya ke pusat kota untuk mengajak warga lokal hingga turis berkunjung ke saungnya.

“Dari ajakan sederhana itu, datanglah tamu dua orang, empat orang, enam orang sampai akhirnya berkembang sampai sekarang,” tutur Direktur Utama Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo saat ditemui di Saung Angklung Udjo, Jln. Padasuka No. 118, Kota Bandung, Selasa (9/3/2021) saat menceritakan awal mula terciptanya Saung Angklung Udjo. 

Saat ini, bisa dibilang Saung Angklung Udjo adalah pusat edukasi dan wisata budaya Sunda terbesar di Jawa Barat, khususnya dalam kesenian angklung.

Putra kesembilan Pak Udjo ini menjelaskan, ada banyak edukasi budaya yang bisa pengunjung dapatkan. Dengan konsep bermain kaulinan urang lembur, pengunjung bisa mempelajari budaya Sunda dengan melihat aktivitas keseharian di Saung Angklung Udjo. “Ada tarian, nyanyian, musik, bahkan silat dan belajar bagimana akting dengan bahasa Sunda,” ungkapnya.

Menurutnya, melestarikan budaya itu sangatlah penting. Selain merupakan satu-satunya unsur yang hanya dimiliki oleh manusia, budaya pun membentuk karakter seseorang. “Karena, budaya itu penuh nilai dan etika sehingga kita bisa saling menghormati, bekerja sama, dan guyub harmoni,” tuturnya.

Ia pun membagikan fakta menarik bahwa nama Udjo adalah nama yang disematkan sendiri oleh bapaknya. Dengan nama tersebut, Abah Udjo mendedikasikan diri untuk kreasi seni dan kebebasan. 

“Kalau kita jabarkan, Udjo itu singkatan dari ulet, disiplin, jujur, dan optimis,” jelasnya. 

Ia pun mengajak pelajar untuk mengenal, mempelajari, dan melestarikan budaya. “Dengan budaya, insya Allah hidup kita akan jauh lebih bahagia,” pesannya.

Berinovasi

Taufik pun tak menampik bahwa kondisi pandemi saat ini menyebabkan turunnya jumlah pengunjung. Namun, Saung Angklung Udjo dengan sigap berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi kiwari. Salah satunya, mengoptimalkan media sosial sebagai proses digitalisasi sosialisasi. 

“Kita harus dituntut kreatif. Yang sudah kita lakukan adalah memaksimalkan media online, melakukan edukasi secara daring. Jikapun ada kunjungan, tetap menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya.

Saat ini, jelas Taufik, Saung Angklung Udjo tetap buka untuk masyarakat yang ingin berkunjung, dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Ini sebagai tanda bahwa Saung Angklung Udjo selalu membuka pintu bagi siapa saja yang ingin belajar mengenal budaya,” tutupnya.(us)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *