Pertemuan menjadi tanda bahwa cerita kita sudah dimulai, tepat 23 tahun lalu kita bertemu. Tak pernah ku sangka bahwa sosok pria yang menyapa ku kala itu adalah teman hidup ku.
Kamu adalah pria yang lebih muda 2 tahun dari usiaku, entah apa yang membuat dirimu jatuh cinta kepada ku wanita yang lebih tua darimu, sampai kau beranikan diri untuk menjalin hubungan dengan perempuan yang berparas sederhana ini.
Seiring berjalannya waktu membawa kita lebih dekat lagi dan pada akhirnya kau melamar ku di tempat yang cukup membuat ku gugup karna dinginnya suasana malam itu ditambah dengan semua pernyataan yang menabjukan dari bibir manismu. Rasanya seperti mimpi namun menjadi kenyataan ketika kau yakin memilih ku sebagai pelabuhan terakhir mu.
Awalnya memang sulit dijalani karna terhalang restu dari Ibu mu, tapi kau yakinkan dia dengan sepenuh hati untuk mau menerima ku sebagai menantunya. Rasanya diriku gagal selama ini karna membuat ibumu tak bisa menerima ku, entah apa kurang dan salah ku selama ini padahal sudah ku tunjukkan yang terbaik dari diriku.
Mungkin awalnya memang tak direstui tapi dengan keyakinan hati ini ku bisa meleburkan hatinya untuk menerima ku menjadi bagian dalam keluarga mu, dan pada akhirnya hati Ibu tertaklukan dengan segala usaha dan doa ku, yang berharap akan bisa bahagia dengan anak laki-laki pertamanya. Menurutku restu orang tua akan menjadi jembatan untuk kita membangun keluarga yang baik kedepannya.
13 Febuari 1999 kau meminangku di altar dan berjanji dihadapan Tuhan untuk selalu bersama ku baik keadaan sakit maupun sehat, senang maupun duka dan bahagia maupun susah, saat itu pun aku berjanji dihadapan semua orang terutama Tuhan untuk akan selalu menjadi pendamping setia dihidupmu dalam keadaan apapun sampai akhirnya hanya maut yang bisa memisahkan kita.
Ucapan ini menjadi bukti nyata bahwa kehidupan keluarga kita nantinya akan terus bersama selamanya.
Hari itu menjadi awal lembaran baru untuk keluarga kita, seperti selembar kertas kosong yang Dia berikan pada kita namun tak tahu akan ada goresan tinta apa yang akan mewarnai kehidupan kita nantinya.
Hari itu merupakan salah satu hari terbahagia dalam hidupku, dan aku berharap keputusan ku untuk hidup bersamamu tidak akan menjadi sebuah penyesalan seumur hidupku.
Menjalani hari demi hari bersama mu ternyata banyak mengumpulkan cerita, menghasilkan kebahagiaan dan memberikan pelajaran. Kau adalah sosok pria yang tangguh dan pekerja keras, segala tindakan yang kau lakukan mampu menyatakan bahwa memang akulah wanita yang paling beruntung di dunia ini.
Pria yang selalu siap menjadi benteng keluarga dan maju paling depan untuk melindungi keluarga kecilnya.
Seiring berjalannya waktu kehidupan kami hanya tentang aku dan kamu, didalamnya terselip doa dan harapan agar anggota keluarga kita bertambah, hampir 7 bulan lamanya penantian itu ada dan akhirnya Tuhan mengabulkan doa kita dengan menghadirkan seorang bayi cantik yang kami namakan “Rosanna Yuniar” kehadirannya membawa kebahagiaan yang sangat mendalam bagi kami.
Seiring berjalannya waktu terselang 2 tahun mendatang Tuhan mempercayaiku untuk melahirkan bayi tampan bernama “Raja” dengan harapan kelak dia akan menjadi pemimpin dimana pun dia berada.
Hidup kami terasa sangat sempurna setelah memiliki mereka malaikat kecilku. Doa yang tak pernah henti ku panjatkan yaitu meminta agar kami diberi kesehatan dan umur yang panjang agar bisa membesarkan dan melihat mereka hidup bahagia dan dapat menjadi orang yang selalu menebarkan kebaikan untuk semua orang disekelilingnya.
Semakin lama kami pun semakin menua, rambut yang hitam sedikit mulai memudar dan perlahan berubah menjadi putih, menandakan bahwa umur kami sudah tak muda lagi.
Perasaan khawatir semakin sering timbul, dengan alasan takut tak bisa menemani kedua anak kami hingga dewasa kelak, terkhusus ketakutan ku terhadap kesehatan suami ku, pekerjaannya menguras banyak waktu, gaya hidupnya yang berantakan sehingga mengkhawatirkan diriku berlebihan, semua bukan tanpa alasan karena dia kepala dan tulang punggung keluarga.
Tak terbayang bila kami harus melewati hari demi hari tanpa sosok pria pemimpin keluarga kami. Ternyata ketakutan itu menjadi kenyataan seperti tak ada angin lewat atau pertanda apapun tiba-tiba kau terjatuh dari kasur, kami langsung membawa mu ke rumah sakit namun tak lama kau terbaring disana ternyata Sang Pencipta lebih menyayangi mu dengan berat hati kami harus merelakan kepergian mu untuk selamanya, 12 tahun aku dipercaya untuk menemani hingga akhir hayat mu. Air mata mengiringi kepergian mu tak tahu akan menjadi apa kapal kecil kita tanpa sosok nahkoda didalamnya.
Berat rasanya menjadi orang tua tunggal yang harus menjalankan 2 peran secara bersamaan, namun apa daya bila sudah seperti ini alur hidup yang Tuhan berikan.
Janji yang kita ucapkan dihadapan Tuhan
ternyata terbukti bahwa memang hanya maut yang dapat memisahkan kita.
Aku bangga terhadap diriku karna selalu menjadi bagian dalam perjalanan hidup mu, sampai saat ini aku masih setia dengan mu walaupun sekarang ku tak dapat merasakan hadirmu disamping ku tapi satu hal yang selalu ku percaya bahwa kau akan selalu ada bersama keluarga kecil kita.
Untuk semua wanita yang baru atau sudah berkeluarga jadilah istri yang setia menemani suami mu dalam keadaan apapun dan jadilah ibu yang baik untuk anak-anakmu, ingatlah bahwa hubungan yang sudah disatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia kecuali oleh maut. (Shaffa Ma’arij Kahfi)