
Bulan Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Bulan yang sangat istimewa bagi umat muslim. Umat muslim berbondong-bondong mendatangi masjid untuk melakukan sholat tarawih berjamaah, dan di sepanjang jalan pastinya kita menemukan berbagai tukang makanan dadakan yang hanya ada pada bulan Ramadhan. Seluruh umat muslim menyambutnya dengan sukacita. Untuk para pekerja, mereka memikirkan bagaimana caranya agar mereka bisa pulang tepat waktu untuk bisa berbuka bersama keluarga di rumah.
Tetapi, apakah pernah terbesit dalam fikiran bagaimana para pekerja yang waktu kerjanya tidak mengenal waktu? Apakah mereka bisa berbuka bersama keluarganya di rumah? apakah mereka tidak menginginkan itu? dan apakah keluarganya tidak merindukannya untuk berbuka atau bahkan sahur bersama?
Itulah resiko yang didapat para pekerja yang memiliki waktu kerja tidak sama seperti pekerja pada umumnya. Mereka harus merelakan waktunya yang seharusnya digunakan untuk berbuka atau bahkan sahur bersama keluarga tetapi menjadi waktu kerjanya. Mereka enggan mengucap lelah, mereka enggan menyerah, karna memang ini lah yang harus dijalaninya.
Keringat yang keluar dari tubuhnya merupakan bukti kerja kerasnya untuk keluarga, pergi gelap pulang gelap merupakan definisi yang cocok untuk mereka, foto keluarga yang mereka selipkan di dompetnya merupakan sebuah penyemangat yang besar, atau suara khas dari ujung telfon sana juga membuat para pekerja melupakan rasa lelahnya.
Keluarganya sudah pasti merindukannya, keluarganya sudah pasti menantinya untuk pulang dan berbuka bersama. Jika para pekerja bisa memilih, mereka tidak akan mau berbuka puasa dengan keadaan tidak bersama atau bahkan jauh dari keluarga. Tetapi lagi-lagi, keadaan mengharuskan mereka jauh dari keluarga, mereka merupakan tulang punggung keluarga, mereka melakukan ini semata-mata agar keluarganya bisa hidup dengan nyaman.
Tidak bisa terfikirkan bagaimana perasan mereka ketika anaknya merindukan sosoknya untuk berbuka bersama atau bahkan sekadar berbincang di teras rumahnya, mendengarkan seluruh keluh kesah anaknya yang semakin bertumbuh dewasa. Sungguh berat perjuanganmu, lagi-lagi semua ini dilakukan semata-mata untuk membuat keluarganya bahagia. Oleh Aulia Bunga Justicia