BANJAR BBCom – Hingga saat ini keberadaan dan peruntukan Situ Leutik salah satu Wisata di Kota Banjar dinilai masih kurang jelas.
Pasalnya dalam pembangunan kolam besar (Situ) tersebut yang berada di wilayah Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar, diduga telah menghabiskan anggaran sebesar puluhan miliar rupiah. Anehnya sampai saat ini tempat itu belum menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD), bagi Kota Banjar itu sendiri.
Beredar kabar bahwa pembangunan Situ Leutik awal nya di peruntukan untuk mengairi sawah warga seluas 90 hektar di wilayah Desa Cibeureum. Faktanya sawah warga tetap kekeringan walau sudah di bangun pintu bendungan tersebut.
“Boro- boro itu (PAD), pengelolaannya juga belum jelas,” kata PLT Wali Kota Banjar Darmadji Prawirasetia.
Darmadji mengatakan, meski Situ Leutik tersebut merupakan aset Pemkot Banjar. Namun, sampai saat ini pengelolaan dan tujuan dari penataan kawasan tersebut belum jelas.
“Tujuannya juga belum jelas untuk apa itu. Untuk kebutuhan pengairan pertanian atau tempat wisata,” ujar Darmadji.
Jika tujuannya untuk pertanian, air situ tersebut selalu mengering di musim kemarau dan itu dikelola Dinas Pertanian.
Sedangkan kalau diperuntukan untuk tempat wisata, harus ada fasilitas yang menarik para wisatawan, seperti halnya sepeda air. Dan harus dikelola oleh bidang pariwisata.
“Karena tujuannya belum jelas, pengelolaan juga gak jelas,” katanya.
Berbeda dengan keterangan kepala desa Cibeureum Yayan Sukirlan menurutnya, pengelolaan Situ leutik terkendala masalah kepemilikan lahan.
“Pengelolaan Situ Leutik terkendala oleh kepemilikan lahan, Desa tidak bisa mengelola karna itu merupakan aset kota ,”jelas nya
Pantauan wartawan kontributor BBCom, Rabu (20/6), di lokasi kawasan tersebut tampak terlihat sepi dan hanya masyarakat sekitar yang menikmati fasilitasnya, sedangkan masyarakat dari luar wilayah desa Cibeureum memanfaatkan tempat tersebut dengan memacing di sekitar pinggiran Situ leutik. Karena keberadaan situ tidak terurus dengan sarana prasarana juga banyak terdapat Coretan (Vadalisme) sehingga pemandangannya kurang enak di pandang.(Johan)