Kakek Penjual Koran : Tetap Berjualan Meski Pembeli Berkurang

Dok. Pribadi/Nada Husna (Caption foto : Kakek Erwin yang sedang merapikan koran-koran dagangannya yang diletakkan di meja beralaskan spanduk putih.)

Pesatnya perkembangan teknologi digital pada industri media memiliki dampak tersendiri khususnya bagi media cetak, seperti koran jumlah pembaca koran menurun secara signifikan. Ditambah tumbangnya beberapa media cetak di Tanah Air menjadi bukti kurangnya minat baca masyarakat saat ini. 

Survei media indeks yang dilakukan oleh Nielsen Media menunjukkan penetrasi media cetak terhadap pembacanya semakin menurun sejak tahun 2005. Dalam surveinya, Nielsen Media menggunakan stratified random sampling(merupakan proses membagi anggota populasi ke dalam sub kelompok homogen sebelum sampling), menggunakan wawancara tatap muka kepada 14.000 responden di 9 kota besar di Indonesia. Hasil survei Nielsen menunjukkan bahwa angka pembaca Koran semakin menurun secara signifikan, dari perolehan 28% pada kuartal pertama tahun 2005 menjadi 19% pada kuartal kedua tahun 2009.

Meskipun koran sudah tak banyak diminati. Namun, masih ada saja orang yang membacanya. Tak hanya itu, masih ada pula orang yang menyediakan koran untuk dijual, contohnya Kakek Erwin di usianya yang semakin uzur, yakni kelahiran tahun 1948, rambut yang hampir keseluruhan berwarna putih, dan penglihatan yang dibantu kacamata tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap bekerja sebagai penjual koran yang mulai dirintisnya sejak 2008 silam. Walaupun banyak teman seprofesinya memilih berhenti menjadi penjual koran karena berkurangnya pembeli dan beralih menjadi ojek daring.

Dalam menjajakan koran dagangannya ia menyewa per bulan gubuk kecil yang dibangun dari potongan bambu, besi sebagai penguat, papan-papan, dan atap dari seng berlantaikan keramik biru yang berubah warna menjadi hitam dekil. Di dalam gubuk itu terdapat bangku panjang sebagai tempat tidur, baju-baju yang bergelantungan, beberapa peralatan makan berlokasi di Jalan Kp. Serab, Kec. Sukmajaya, Kota Depok.

Setiap harinya sebelum memasuki waktu salat subuh, saat orang masih terlelap dalam tidurnya ia memulai hari dengan membeli koran di agen Stasiun Depok Lama. Setelah membeli koran, ia pulang ke rumahnya berlokasi di Jalan Kober, Pondok Cina, Kec. Beji, Kota Depok untuk mengerjakan salat subuh dan kembali pergi ke rumah pelanggan tetapnya yang tak jauh dari gubuk kecil tempat biasa ia berjualan. Barulah ia ke gubuk kecilnya untuk merapikan koran-koran lainnya.

Di usianya yang sudah lanjut ini, ia bersyukur masih diberikan kesehatan sehingga mudah melakukan aktivitas. “Saya tidak mau berpangku tangan dan berdiam diri begitu saja yang ada penyakit menunggu di depan pintu. Saya memilih berjualan koran karena senang saja bisa mempermudah orang mendapatkan informasi,” ujar Kakek Erwin sambil tangannya sibuk merapikan koran-koran yang sedikit berantakan.

Pendapatan yang sangat kecil ditambah lagi ada beberapa koran jika tidak terjual, tidak bisa dikembalikan. terpaksa ia kumpulkan nantinya dijual di tukang rongsokan yang harga per kilonya lebih murah dari modal. Keuntungan yang didapat ia gunakan untuk makan sehari-hari bersama istri dan uang jajan tujuh cucunya jika sewaktu-waktu meminta ia telah memegang uang di saku.

Kendala yang dialaminya selama berjualan koran, jika turun hujan ia mulai panik cepat-cepat menutupi koran dengan plastik yang berjejer di atas meja , ada saja beberapa koran yang basah. Pembeli yang berlangganan tiap bulan tidak membayar koran dua sampai tiga bulan lamanya. Biarpun begitu, ia tetap menghadapinya dengan tegar dan bahagia.

Ia akan terus berjualan koran meskipun pembeli dari waktu ke waktu semakin berkurang. Hal yang selalu memotivasi dirinya masih semangat bekerja di usia yang semakin menua adalah hiduplah dengan enjoy netral,seperti yang dilakukan nenek moyang kita terdahulu sehingga jauh dari penyakit, tidak sombong kepada orang lain dengan selalu menegur, dan lihatlah orang yang di bawah kita jangan lihat yang di atas saja. (Nada Husna/Politeknik Negeri Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *