Film merupakan suatu sajian semakin populer bagi masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial dan usia. Mengapa demikian? Bagi kebanyakan orang, film menjadi sarana hiburan.
Konotasi sarana hiburan dalam film tidak harus berarti film harus menyajikan suasana yang lucu atau romantik. Film tetap menjadi sarana hiburan, baik menyajikan cerita yang inspiratif maupun edukatif.
Apa yang harus diperhatikan dalam membuat film?
Darwin Mahesa, Sutradara, Founder, dan CEO komunitas film di Banten bernama Kremov Pictures, menjelaskan bahwa yang harus diperhatikan dalam membuat film, mulai dari manajemen kru, konsep cerita film, kekompakan antar kru, dan kegesitan serta kecakapan kru terhadap jobdeskyang diberikan, sampai akhirnya menjadi hasil karya yang total dan tidak setengah-setengah.
Ia berujar, film yang baik dimulai dari praproduksi hingga pascaproduksi yang baik pula. Contohnya kami pada 2018 Menggarap Film Semi Dokumenter Tirtayasa yang dinaungi voleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan pengerjaan yang cukup ketat, dan gesit. Alhamdulillah film kami yang berjudul Tirtayasa The Sultan Of Banten, sudah bisa ditonton trailernya di YouTube Kremov Pictures. Kami sangat menjunjung tinggi nilai budaya, pariwisata, dan sejarah dari daerah Banten sehingga bisa dikenali dan dipelajari oleh pelajar baik di Banten maupun di luar Banten.
Ia menambahkan, film memang merupakan suatu peristiwa budaya yang menyajikan berbagai fenomena budaya. Dalam waktu yang bersamaan, film dapat menjadi sarana pendidikan yang dapat menginspirasi anak Indonesia. Kekuatan cerita film dapat menstimulasi alam bawah sadar dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai positif bagi anak Indonesia untuk selalu berjuang untuk kemajuan dirinya dan bangsa Indonesia.
Di dalam jurnal Universitas Pendidikan Indonesia tentang Penerapan Media Film Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengolah Informasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah, menerangkan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape rceorder, kaset, video, camera, video recorder, film slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa.
Arbi, Mahasiswa Universitas Serang Raya konsentrasi broadcast dan film mengatakan, hal yang harus diperhatikan dalam membuat film adalah memilih karakter pemain yang cocok, pakaian sesuai dan cocok dengan cerita film tersebut, lokasi sesuai dengan skenario, manajemen keuangan dari praproduksi sampai pascaproduksi, perizinan lokasi, dan dana darurat untuk yang hal yang tak terduga.
Ia juga menambahkan, film yang baik, apabila di dalam film tersebut terdapat pesan dan pesannya tersampaikan ke penonton. Tidak hanya memberikan hiburan tetapi informasi juga edukasi bagi penonton. Dengan keterbatasan alat, setidaknya tetap dapat menghasilkan film yang berisi dan berkualitas.
Meski membuat film tidaklah mudah, bukanlah mustahil seorang yang tidak sekolah film tidak dapat membuat film yang bagus, baik dari segi cerita maupun sinematografi. Apabila memiliki kemampuan dan pengetahuan dasar pengambilan gambar, angle, dan pembuatan konsep cerita yang runut. Tidak menutup kemungkinan, hasil karyanya tidak kalah bagus dengan orang yang sekolah di bidang film secara akademis. (Akhmad M Awwal/Mahasiswa PNJ Prodi Jurnalistik)