Eksistensi Pasar Tradisional di Kehidupan Masyarakat

Sumber : Dokumentasi Pribadi

“Bang, sayurnya gabisa kurang?” tawar seorang Ibu kepada pedagang sayur. Suasana yang ramai dan tidak pernah sepi dari pembeli. Tempat dimana masyarakat membeli kebutuhan sehari-hari. Sayur, buah, daging, ikan, maupun makanan dan jajanan tradisional. Tak hanya bahan pangan saja, tetapi juga terdapat pakaian dan peralatan dapur. Di tempat ini, masyarakat dapat membeli kebutuhan sehari-hari tanpa rasa risau dengan harganya.

Tempat ini sudah tidak asing bagi masyarakat, terutama rakyat kecil. Tempat ini tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia. Kumuh, kotor, dan bau, itulah kata yang mencerminkan tempat itu. Tempat itu adalah pasar tradisional, tempat aktivitas jual beli antara penjual dan pembeli berlangsung.

Meskipun masih dipandang sebelah mata, eksistensi pasar tradisional masih tetap bertahan di era digitalisasi. Walauun sudah banyak pasar swalayan, mall, dan online shop yang sudah menjamur, pasar tradisional masih menjadi favorit masyarakat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Selain harganya yang murah, kebutuhan sehari-hari masyarakat tersedia lengkap disini.

Pasar tradisional masih memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat, baik pasar basah, pasar kering, maupun kios-kios warung kecil di daerah perumahan. Pasar tradisional masih belum dapat tergantikan sepenuhnya oleh pasar swalayan yang menjamur.

Salah satunya adalah pasar Belek. Pasar ini berlokasi di Sunter Agung, Jakarta. Pasar ini awalnya dibangun di atas lahan kosong oleh warga sekitar. Meskipun banyak supermarket di sekitar Pasar Belek, pasar ini selalu ramai oleh pembeli dan para pedagang.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pasar ini menawarkan barang dengan harga yang sangat murah dibandingkan dengan harga di supermarket. Hampir setiap harinya, pasar ini selalu dipadati oleh pembeli. Mereka berdesak-desakan untuk berbelanja di pasar ini.

Sudarni misalnya, ibu rumah tangga ini mengaku lebih senang berbelanja di pasar daripada harus berbelanja di supermarket.

“Kalo di pasar apa aja ada,Mbak. Udah gitu harganya murah lagi,” ujar Sudarni ketika diwawancarai. Ketika diwawancarai, Sudarni sedang membeli ubi dan singkong kepada pedagang.

“Enaknya di sini (Pasar Belek) , gaperlu repot beli ubi dan singkong jauh-jauh,” ucap Sudarni sembari menunjukan belanjaannya.

Lain halnya dengan Haryanto, pedagang sayur yang berjualan di Pasar Belek. Lewat berjualan sayur di Pasar Belek, Haryanto mampu menafkahi istri dan anaknya. Dibantu istrinya, Haryanto juga berjualan sayur matang,lauk pauk, serta jajanan ringan seperti kue sus dan kue bolu.

“Saya mulai berjualan di sini udah lama. Awalnya saya memiliki warteg (warung tegal), namun istri saya menyarankan untuk berjualan sayur dan makanan serta jajanan di pasar supaya mendapat penghasilan lebih,” ujar Haryanto.

Pasar tradisional, meski dianggap remeh, di tempat inilah para pedagang mengais rezeki. Eksistensi pasar tradisional tak akan pernah pudar oleh waktu, karena di sanalah, masyarakat, terutama rakyat kecil dapat memenuhi kebutuhannya.

Keberadaan pasar tradisional telah melekat di kehidupan masyarakat dan menjadi jantung perekonomian masyarakat. (Audia Natasha Putri-Politeknik Negeri Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *