Sejak kecil hidupku sudah cukup dipenuhi oleh warna-warni kehidupan. Canda dan tawa bahkan kesedihan sudah kulewati. Manis, asam, dan pahitnya kehidupan bagiku adalah pelengkap. Sejatinya di dunia ini tidak ada yang sempurna selain Tuhan. Selalu ada masalah dan cobaan-cobaan yang bergulir dalam roda kehidupan.
Aku dilahirkan dengan sehat dan sempurna di tengah-tengah keluarga yang sederhana. Memiliki kepala, otak, kedua mata, kedua telinga, satu hidung, satu mulut, kedua tangan, dan kedua kaki, serta kemampuan dalam masing-masing organ tersebut.
Aku adalah anak ke-3 dari enam bersaudara. Memiliki dua kakak perempuan, satu adik laki-laki, dan dua adik perempuan. Memang kami adalah keluarga yang besar dan ramai. Sudah banyak orang yang kaget jika kusebutkan berapa jumlah saudaraku. Aku tidak pernah malu memberitahukannya kepada orang lain. Malah aku merasa bangga bisa menunjukkan mereka.
Aku dan saudara-saudaraku terbilang sangat dekat, saking dekatnya kami selalu bertengkar baik hal sepele maupun hal yang besar. Kewajaran sebagai saudara itu selalu kami alami. Kenaturalan dalam keluarga adalah kebahagiaan tersendiri untukku dan keluargaku.
Aku menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi dengan pikulan perkuliahan sekaligus pikulan keluarga. Selagi aku masih bisa aku selalu berusaha sebaik mungkin untuk diriku dan keluargaku. Saat jauh saja terkadang aku merasa rindu. Rindu ibu dan ayahku juga rindu saudara-saudaraku.
Kata orang sebelum kita mencintai orang lain kita harus mencintai diri kita sendiri. Aku yakini itu benar adanya, jika kita sudah mencintai diri kita sendiri dan maka kita baru bisa mencintai orang lain. Karena dari situlah kita diuji, jika kita bisa menghadapi diri kita sendiri maka kita dapat menghadapi siapa pun setelahnya.
Aku selalu diajarkan untuk selalu bersyukur dan bersyukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepadaku sekecil apapun itu. Aku harus selalu ingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Jika orang lain melihat dan menganggapku buruk maka aku harus perbaiki. Jika orang lain melihat dan menganggapku sudah baik maka aku harus jauh lebih baik lagi.
Setelah kita berjumpa dan mengenal orang lain pun kita tidak boleh melupakan diri kita sendiri apalagi pada keluarga. Banyak orang di zaman sekarang ini lebih mementingkan kehidupan orang lain dan rela berkorban tanpa melihat diri sendiri. Setidaknya benahi diri sendiri dahulu baru memperhatikan orang lain. Singkatnya berikan dirimu ruang untuk berkaca pada kehidupan ini agar setelah berkaca kita bisa melihat ke luar dunia dengan rasa yang tenang. Percaya kepada diri sendiri dan tidak mendengar perkataan orang lain. (Trisya Frida Y)