Hari mulai senja, orang-orang berlalu lalang mencari makanan untuk berbuka puasa. Sedangkan seseorang yang mengenakan kaus berwarna biru, celana bahan hitam, dan topi hitam sibuk mengatur parkiran di Jalan Kompleks Timah, Depok. Senyuman di wajahnya menyapa para pengendara motor atau pun mobil.
Penulis : Salsabila Fauziah Rahman/mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Program Studi Penerbitan/Jurnalistik,
Ia bernama Sholihin, seorang juru parkir musiman pada bulan Ramadan. “Sebenarnya, pekerjaan saya adalah seorang pengemudi ojek pangkalan. Namun, saat menjelang berbuka puasa saya membantu pengendara mobil atau pun motor agar tidak terjadi kemacetan sekalian saya membantu orang lain di bulan penuh berkah ini,” kata Pak Sholihin sambil membenarkan topinya.
Penghasilannya sebagai juru parkir musiman, ia berikan kepada istri dan anaknya untuk keperluan rumah tangga dan sekolah. “Walaupun pendapatan saya sebagai pengemudi ojek pangkalan dan juru parkir tidak seberapa, saya terima saja, yang penting masih bisa makan dan membiayai anak sekolah,” ujar Bapak dari dua anak tersebut.
Pekerjaan sebagai pengemudi ojek pangkalan dan juru parkir mungkin memang tidak akan pernah dianggap besar oleh orang lain. Namun bagi Pak Sholihin, semua yang dilakukan atas dasar ikhlas akan memiliki manfaat bagi orang lain. Disaat sakit pun ia akan berusaha bekerja semaksimal mungkin selama bisa melakukannya.
Di era sekarang, persaingan mencari pekerjaan semakin tinggi. Pak Sholihin merasa kesulitan, karena latar belakang pendidikannya yang hanya tamat sekolah dasar sehingga ia tidak mempunyai pilihan lain. Oleh karena itu, ia berusaha semaksimal mungkin untuk membiayai anak-anaknya hingga menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur dengan kehidupannya. (**)