Mengenal Museum Layang-Layang Lebih Dekat

Sumber Foto : Sri Mela Yuantiva

Siapa yang tidak tahu layang-layang? Permainan tradisional yang cukup terkenal di Indonesia, ternyata mempunyai museum di Jakarta, tepatnya di Jalan H. Kamang No. 38, RT008/RW10, Pondok Labu, Jakarta Selatan dengan nama Museum Layang-Layang.

Museum ini didirikan oleh Endang W. Puspoyo tahun 2002. Namun, dinas pariwisata meresmikan museum ini pada tahun 2003. Museum ini merupakan Museum Layang-Layang pertama di Indonesia. Ibu Endang adalah seorang ahli kecantikan yang hobi bermain layang-layang. Pada awalnya Ibu Endang hanya menjadi penyelenggara festival layang-layang di Indonesia. Ia mengundang komunitas layang-layang di berbagai daerah untuk ikut perlombaan serta meramaikan festival tersebut. Lalu, sebagian hasil layang-layang pada festival tersebut tidak dibawa kembali tapi diberikan kepada Ibu Endang dan sebagian lainnya dijual. Setiap tahun jumlah layang-layang yang diberikan kepada Ibu Endang semakin bertambah sehingga ia memutuskan untuk membangun galeri bernama Merindo Kites & Gallery.  

“Semakin lama layang-layang yang diberikan semakin banyak, dibuang sayang, tidak dibuang juga sayang. Jadi, Ibu Endang memutuskan untuk membangun Museum Layang-Layang karena di galeri tempatnya tidak cukup,” ujar Pak Asep, pemandu Museum Layang-Layang sekaligus pemain dan perakit layang-layang.

Tujuan didirikan museum ini adalah untuk melestarikan budaya Indonesia melalui layang-layang. Visi dan misi museum ini adalah sebagai tempat pembelajaran tentang layang-layang. Maka dari itu, pengunjung museum ini mayoritas rombongan TK atau SD. Ada tiga kegiatan yang ditawarkan di Museum Layang-Layang, seperti menonton film tentang layang-layang, bekeliling museum melihat berbagai jenis layang-layang dan membuat layang-layang. Hasil dari membuat layang-layang ini boleh dibawa pulang.

Museum ini memperkenalkan berbagai jenis layang-layang, seperti layangan tradisional, layangan internasional, layangan kreasi, layangan olahraga, layangan 3D dan layangan 2D. Semua layangan ini diberikan ke Museum Layang-Layang dari berbagai daerah, yaitu dari Bali, Bandung, Banyuwangi, Riau, Yogyakarta, Medan, Lampung, Jakarta, dan lain-lain. Ada pula layangan dari luar negeri, yaitu dari India, Thailand, Singapura, Kamboja, dan lain-lain. Setiap layang-layang mempunyai bahan yang berbeda, seperti dari kain, kertas, plastik, daun, dan tikar.

Dalam museum ini terdapat pula piagam yang merupakan hasil perlombaan dari tim Museum Layang-Layang. Dalam beberapa perlombaan tim Museum Layang-Layang juga mengajak orang lain dari komunitas layang-layang di berbagai daerah.

“Setelah perlombaan ada beberapa layangan yang diberikan ke museum Layang-layang, tetapi tidak semuanya langsung dipajang. Beberapa layangan akan disimpan terlebih dahulu di gudang. Ketika ada layangan yang rusak atau tampilan galeri sudah mulai membosankan, layangan akan diganti dengan layang-layang yang tersimpan di gudang. Jadi, beberapa bulan sekali layang-layang diganti dengan yang baru,” ucap Pak Asep.

Penulis : Sri Mela Yuantiva, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *