Berburu Buku Kuno di Pasar Antik

         Foto : Ririn Rinawati Agustin

Pernahkah kamu dengar istilah buku adalah jendela dunia?  Buku adalah salah satu benda yang berguna untuk memberikan pengetahuan dan wawasan bagi yang membacanya. Biasanya, kita dapat menemukan buku dengan membaca di perpustakaan atau pun membeli buku di pasar atau toko buku  besar seperti Gramedia, Toko Gunung Agung, TM Book Store dan tempat lainnya. Lazimnya buku yang dijual di sana adalah buku-buku keluaran baru. Lalu  bagaimana jika kamu ingin membeli buku-buku kuno yang sudah tidak di pasarkan? Jangan risau!  kamu dapat menemukan buku-buku kuno  di Pasar Antik yang terletak di Jalan Surabaya No. 46, RT.15/RW.05,  Menteng, Jakarta Pusat. Seperti namanya, Pasar Antik adalah salah satu tempat yang dapat menjadi pilihan untuk berburu barang-barang kuno atau antik.

Berdasarkan rekomendasi dari salah satu teman, saya pergi menggunakan moda transportasi krl untuk menyusuri Pasar Antik pada Rabu (19/06) 2019. Dengan berbekal penunjuk jalan yang tersedia di ponsel, saya turun di Stasiun Cikini untuk menuju Pasar Antik. Saya pun kembali melihat layar ponsel  untuk memastikan saya tidak salah arah. Di sana tertulis jarak Stasiun Cikini ke Pasar Antik adalah 450 meter dengan waktu tempuh 5 menit jika saya memilih untuk berjalan kaki. “Wah, ternyata tidak cukup jauh,” kataku lega.

Setelah mengikuti arahan dari aplikasi penunjuk jalan, saya pun sampai di Pasar Antik. Pasar itu terletak di pinggir jalan dan cukup mudah untuk dijeajahi karena toko-toko yang menjual barang antik tersebut berjajar di satu garis jalan. Jadi, kamu hanya perlu berjalan terus untuk melihat barang-barang kuno yang hendak  kamu cari. Saya sengaja berjalan lambat sambil melihat barang kuno apa saja yang dijual di pasar itu. Benda yang pertama kali tertangkap mataku adalah koper-koper yang berjajar rapi di depan toko. Saya kembali berjalan lambat sambil mencari barang apa yang kiranya menarik untuk saya lihat.

Selama berjalan sambil melihat-lihat, saya menemukan beberapa barang antik yang menarik seperti mesin tik tua, telepon kuno, gromofon antik dengan model dasar kayu, piringan hitam yang memuat lagu-lagu tempo dulu, porselan dan guci-guci cantik bahkan terdapat pula setrika model lawas yang menggunakan arang. Saya berhenti sebentar untuk melihat barang-barang antik tersebut. “Sungguh tempat ini mungkin surga dunia bagi para kolektor barang-barang antik,” pikirku dalam hati.

Aku kembali menyusuri pasar antik itu, langkahku kemudian terhenti saat mataku menangkap buku-buku yang bertumpuk. Aku masuk ke dalam toko tersebut dan menemukan seorang pria yang tengah membersihkan barang dagangannya. “Cari apa, Kak?” Tanya penjual itu sambil tersenyum ramah. Pria tersebut bernama Fikri. Dia mengatakan padaku telah berjualan di Pasar Antik sejak tahun 2014. “Saya jualan di sini dari 2014, nerusin abang saya yang sudah menjual buku-buku antik ini sejak 1999,” jelas Fikri saat saya tanyakan sejak tahun berapa ia berjualan. Saya melihat buku-buku tersebut sambil dijelaskan buku-buku apa saja yang dijualnya. Buku-buku yang dijual kebanyakan ditulis dengan bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Saya pun mengambil salah satu buku untuk dilihat. Buku itu memiliki sampul yang berbahan kulit yang ditulis dengan bahasa Belanda. Warna kertas yang sudah menguning menandakan usia buku tersebut sudah cukup tua.

Fikri memberi tahu bahwa buku yang paling dicari di toko ini adalah buku-buku sejarah. Salah satu buku yang berjudul Atjeh adalah buku langka yang paling sering dicari di sini. Sambil membersihkan buku-buku lainnya, ia menjelaskan bahwa buku-buku antik yang dijual, bisa terdapat lebih dari satu jika stoknya masih ada. “Ada yang jual ke sini, kak, kalau harganya cocok kita beli tapi kalo harganya gak cocok di kita, ya gak kita beli.” Jelas Fikri saat saya tanyakan dari mana ia mendapatkan buku-buku antik ini.

Foto : Ririn Rinawati Agustin

Saya sarankan kamu untuk  mampir ke toko Fikri jika hendak mencari buku-buku kuno. Ia berjualan di Pasar Antik mulai pukul 10.30 hingga 17.30. Kamu bahkan bisa memintanya untuk mencarikan buku yang kamu mau, namun tentunya jika buku tersebut ada buku itu akan dijual lebih mahal karena mencari buku-buku lawas mesti mahal harganya. Ia mengatakan bahwa beberapa orang bahkan memintanya untuk mencarikan buku dengan sampul warna tertentu. “Kalau buku yang dipesan sama warna-warna tertentu mah biasanya buat  pajangan aja,” ucapnya.  Fikri menjadi satu-satunya yang menjual buku-buku kuno di Pasar Antik ini selain menjual buku, pun ia menjual telepon, tv, mesin tik dan kamera antik. Penulis : Ririn Rinawati Agustin, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *