Belanja Aman dan Nyaman di Pasar SNI

Ketika mendengar kata pasar, hal yang terlintas di benak adalah bau, kotor, becek, berisik, dan ramai. Namun, siapa sangka tempat yang mungkin bagi beberapa orang terasa kumuh ini adalah tempat yang paling digemari untuk berbelanja baik sandang maupun pangan. Orang dari berbagai kalangan berdatangan ke tempat ini, mulai dari kalangan menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Bukankah sudah sepatutnya tempat yang menjual kebutuhan sehari-hari tersebut juga memberikan jaminan kebersihan dan kenyamanan?

Pasar tradisional identik dengan kumuh. Pasalnya, kebersihan di pasar tradisional tidak begitu diperhatikan, bau tak sedap dan jalanan yang becek menjadi ciri khas dari pasar tradisional. Namun, berbeda dengan pasar tradisional yang satu ini, yaitu Pasar Sukatani. Pasar yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Deppen ini terletak di Kelurahan Sukatani, kecamatan Tapos, Depok. Karena lokasinya yang tepat berada di Kompleks Deppen, disebutlah pasar ini menjadi Pasar Deppen.

Pasar yang berdiri sejak tahun 1990 ini, kini menyandang status sebagai pasar SNI dengan 18 orang petugas TIBSAR, memang standar untuk pasar skala kecil seperti ini. Pasar ini memang sengaja dibangun ulang untuk dijadikan pasar percontohan di Kota Depok. Pemandangan yang terlihat dari luar saja sudah terkesan baik. Taman-taman kecil yang enak dipandang, parkiran yang rapi dan teratur, ramah-tamah orang-orang sekitar, dan lingkungan yang bersih. Pemetaan tempat berjualan di dalam pun tertata rapi dan teratur sehingga pembeli dapat dengan mudah menemukan apa yang ingin dibeli. Sekiranya sudah dapat dibayangkan bagaimana kenyamanan di Pasar Sukatani.

Jaya Supriyadi, salah seorang petugas TIBSAR yang sudah bekerja selama 17 tahun, menceritakan keadaan pasar ini dari sebelum pembangunan hingga sekarang. Pak Jaya mengatakan bahwa sebelum dijadikan pasar percontohan, pasar ini adalah pasar desa yang kumuh dan sepi pembeli karena belum banyaknya penduduk di sini. Kemudian pada tahun 2002 pemda mengambil alih pasar ini dan membangun ulang pasar untuk dijadikan pasar percontohan berstandar SNI.

Pasar dengan luas wilayah 3000 meter persegi ini memiliki pelanggan dari berbagai tempat. Ada pelanggan yang berasal dari Perumahan Raffles Hills Cibubur bahkan ada pula yang berasal dari Kota Wisata Cibubur. Pak Jaya mengatakan bahwa dagangan yang dijual di Pasar Sukatani ini memang memiliki kualitas yang baik sehingga tak heran banyak pelanggan mulai dari kalangan menengah ke bawah hingga kalangan menengah ke atas datang jauh-jauh ke pasar ini.

Pasar memang tempat yang tepat untuk mendapatkan bahan pangan juga sandang. Dengan mudah orang dapat melakukan negosiasi atau tawar-menawar untuk mendapat harga yang diinginkan. Tidak jarang orang yang menawar harga sangat drastis agar dapat memenuhi semua kebutuhan dan kantong tetap aman. Meskipun pasar ini berstandar SNI, kita tetap tidak boleh lengah, harus tetap waspada. Kejahatan datang dari mana saja dan dari siapa saja. Pak Jaya menceritakan beberapa kejadian pencurian di pasar ini, dan untunglah dapat segera diatasi.”Beberapa kejadian pencurian di sini tidak sampai yang membahayakan lah, rata-rata anak kecil gitu suka nyuri barang dagangan, itu pun kisaran harga lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah.” Ujarnya di kantor TIBSAR.

Pak jaya juga menceritakan kejadian lucu ketika menangkap seorang pencuri yang tidak waras,”Dulu juga pernah ada ibu-ibu nyuri dua bungkus indomie, pas ditangkap ternyata orangnya gak waras, gak tau deh itu beneran gak waras atau pura-pura aja. Yasudah kami lepaskan dengan cara damai dengan si penjual.” Ujarnya lagi.

Memang sudah sewajarnya tempat transaksi jual beli seperti pasar yang menjual bahan makanan serta pakaian menjadi tempat yang layak dan sangat diperhatikan, terlebih lagi soal keamanan dan kebersihannya. Tentu kita ingin memakan makanan yang sehat dan higienis. Bagaimana bisa tempat menjual makanan sehari-hari bercampur dengan tempat sampah yang sudah pasti tidak bersih. Jangan asal murah, tetapi sakit menjarah. (Penulis Rodhiyah/Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Jurnalistik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *