Ada Sebuah Harapan di Saung Kecil

Tak akan habis kata jika mendeskripsikan berapa banyak perjuangan para pahlawan tanpa tanda jasa; julukan yang biasa disematkan untuk para guru yang telah membagi ilmunya kepada penerus-penerus bangsa.

Hilwati, wanita kelahiran Jakarta 1967 ini memutuskan untuk menjadi guru ngaji sejak tahun 2013. Sorot mata yang tajam serta semangat juang untuk mencerdaskan anak bangsa terpatri dalam benaknya. Dari terbit fajar sampai terbenam matahari, ia habiskan waktunya untuk mengajar ngaji di sebuah saung yang berlokasi di Jalan Warujaya, Kelurahan Mekarjaya, Kota Depok.

Baginya, meski usia tak lagi muda namun semangat harus tetap ada. Kegigihan itu ia lakukan semata-mata demi mengenalkan agama, walau hanya alif, ba, dan ta. Di saung yang tampaknya mulai reot ini, ia mengajar untuk berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Meski tubuhnya lelah namun semangatnya tak goyah. Baginya pekerjaan ini menyenangkan, karena ilmu yang ia punya tak rakus ia miliki sendiri. Dengan senang hati ia membagi ilmunya kepada calon-calon penerus bangsa. Terlihat dari raut wajahnya yang gembira. Menurutnya kebahagiaan bukan dengan banyaknya harta, rumah, ataupun kendaraan. Kebahagiaan yang sesugguhnya ia rasakan, yaitu kala ia dapat berbagi ilmu kepada orang lain.

“Saya senang kalau warga sini masih semangat untuk belajar, apalagi belajar ilmu agama. Karena ilmu kan nggak akan habis. Berbagi ilmu juga sama dengan kita menabung sebagai amalan jariyah,” ujar Hilwati.

Oleh: Silvia Wardatul Alawiyah – Politeknik Negeri Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *