BANDUNG | BBCOM | Ditengah wabah Covid-19 sudah hampir tiga pekan siswa di kota Bandung belajar dari rumah. Bahkan sebagai guru pendamping anak-anak tersebut adalah ibunya sendiri yang dipandu oleh guru secara daring.
Sejak siswa belajar dari rumah, menjadi kerjaan extra ibu rumah tangga karena selain harus mengurus pekerjaan rumah pun menjelang pagi harus menyiapkan pelajaran untuk anaknya.
Daffin bersama Azmi siswa kelas 2 SDN Cisaranten Kidul ( Ciskid ) Kota Bandung, merasa senang belajar dari rumah karena katanya tiap hari bisa dekat sama keluarga. “Senang sich belajar dirumah, tapi saya kangen juga kumpul dan maen sama teman-teman disekolah” katanya polos kepada BBCOM ( 14/4) dan berharap bisa berkumpul lagi sama ibu guru dan teman-teman disekolah.
Menurut survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). “Hasil survei menyatakan 99% anak menganggap bahwa gerakan di rumah aja adalah hal yang sangat penting,” ujar Lenny N Rosalin Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak dalam konferensi pers, Sabtu (11/4/2020).
Ia menambahkan, 58% anak memiliki perasaan yang tidak menyenangkan selama menjalani kebijakan belajar di rumah. Sedang, 38% anak berpendapat bahwa sekolah belum memiliki program yang baik dalam menerapkan kegiatan belajar di rumah.
Survei juga menunjukkan harapan anak tentang program belajar di rumah. Anak-anak yang mengikuti survei dari 29 provinsi berharap agar sekolah tidak terlalu banyak memberikan tugas.
Komunikasi dua arah antara guru dan murid dirasa lebih efektif. Penyediaan fasilitas akses internet beserta perangkat yang mumpuni pun sangat diperlukan.
Dalam survei, anak-anak juga berharap adanya tugas yang berkaitan dengan Covid-19. Mereka berharap, guru memberikan penjelasan maksimal pada muridnya. (red)