Ridwan Kamil,  Mewujudkan Kota Masa Depan Melalui Program Adipura

BANDUNG BB.Com–Untuk merumuskan pedoman pelaksanaan yang akan menjadi panduan seluruh kota-kota di seluruh Indonesia dalam rangka mewujudkan kota lestrari, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun menyelenggarakan seminar sehari.

Wali Kota Bandung, M Ridwan Kamil menjadi salah satu nara sumber bersama bersama Prof. Johan Silas dan Dr. Winny Astuty, dalam agenda seminar yang bertajuk “Mewujudkan Kota Masa Depan Melalui Program Adipura”, di Ruang Indrapras1ta Pusdiklat Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36A Kota Surakarta, Rabu (07/12/2016).

Dalam kesempatan tersebut Ridwan mengangkat tema Visi Kota ke Depan Dalam Mewujudkan Kota Lestari, dikatakannya dalam membangun Kota Bandung sebagai kota metropolitan mengedepankan prinsip keseimbangan.

“Sustainable development itu adalah keseimbangan ekonomi sosial dan lingkungan, dengan empat konsep memperbaiki Bandung melalui regulasi, inovasi, kolaborasi dengan merangkul semua pihak berkontribusi dalam pembangunan, desentralisasi sebagian kewenangan.”

Kekuatan regulasi itu luar biasa dikatakan Ridwan Kamil, “Aturan Green Building merupakan aturan dimana bangunan tidak akan diberikan IMB jika tidak bisa menunjukan hemat energi, mendaur ulang air, dan mempunyai ruang hijau, juga untuk menjaga lingkungan melalui gerakan pungut sampah, pengurangan sampah kantong plastik dan kami menolak penggunaan sterofoam secara lokal ternyata berdampak diimplemetasikan nasional.”

Dengan empat konsep tersebut Ridwan mengatakan pembangunan berubah lebih cepat sehingga dari target tahun ketiga ternyata di tahun kedua kepemimpinannya sebagai Walikota Bandung diberikan anugerah Adipura yang tidak dapat hadir di Kota Bandung selama 17 tahun terakhir.

Namun dikatakannya lebih lanjut tantangan terbesar dalam pembangunan adalah merubah pola pikir, “Mengajarkan pada orang tua jauh lebih sulit, banyak pelanggaran-pelanggaran aturan seperti tidak bayar pajak, pengendara berkelompok melanggar lalu lintas, seperti gerakan bike to work yang berhasil justru gerakan bike to school, maka gerakan pungut sampah saya wajibkan pada anak-anak sekolah.”

Ridwan memaparkan terdapat masalah universal yang hampir sama setiap kota di Indonesia, namun juga setiap kota permasalahan spesifik yang berbeda.

“Permasalahan universal contohnya masyarakat kota akibat tekanan semakin lama semakin stres maka dibutuhkan ruang-ruang istirahat, rekreasi dan silaturahmi, makin padat kota makin dibutuhkan solusi transportasi dan kota itu tidak bisa dihentikan pembangunannya kami hanya bisa mengendalikannya dengan mengatur tata ruang dan melalui regulasi-regulasi,” Pungkasnya. (kur/ris)


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *