Pendampingan Guru Perlu Lebih Fokus, Utuh, dan Menyeluruh

4-stuart-weston-sedang-mengamati-siswa-kelas-v-sdn-ngoto-yang-mempresenYogyakarta BB.Com – Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) melalui program PRIORITAS (Prioritizing Reform Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) melatih puluhan fasilitator nasional dari 7 provinsi (Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan) dengan kemampuan mengamati dan mengidentifikasi kekuatan dan masalah dalam pembelajaran, termasuk memikirkan alternatif pemecahan masalah dan menerapkannya dalam kegiatan pendampingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan di Yogyakarta selama enam hari meliputi fasilitator pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs dan berakhir Sabtu (24/9).

“Banyak fasilitator yang masih sulit menemukan hal-hal yang baik dan masalah dalam proses pembelajaran yang mereka dampingi. Mereka juga kesulitan memberi masukan untuk perbaikan pembelajaran. Untuk itu kami melatih fasilitator untuk mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sebuah pembelajaran, dan melakukan pendampingan terhadap guru dari hasil pengamatannya,” kata Direktur Program USAID PRIORITASStuart Weston.

Peserta dilatih melakukan pengamatan proses pembelajaran melalui tayangan 7-8 video. Lalu mereka membahas kekuatan atau permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran pada video, dan mendiskusikan pemecahannya yang dipandu beberapa pertanyaan. Hasil temuan kekuatan dan permasalahan pembelajaran dalam kelompok kecil dibagi di kelompok pleno.  Fasilitator juga dibekali dengan keterampilan melakukan pendampingan dengan pertanyaan-pertanyaan menggali agar guru menjadi praktisi yang reflektif.

Menurut spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS Ujang Sukandi, ada tiga hal penting yang seyogianya dilakukan fasilitator dalam melakukan pendampingan pembelajaran. Pertama, beri kesempatan guru untuk memberikan komentar terhadap pelaksaan pembelajaran yang dilakukannya terlebih dahulu. Lalu, beri apresiasi kepada guru terhadap hal-hal positif dalam pembelajaran. Hal ini penting untuk memberi motivasi kepada guru agar lebih berani melakukan inovasi. Kedua, minta kepada guru menyampaikan refleksinya terkait hal-hal yang penting dalam pembelajarannya, seperti . Ketiga, minta guru untuk memikirkan perbaikan pembelajaran, kemudian tawarkan ide perbaikan dan/atau pengembangan dari yang penting tersebut, misal tentang penugasan yang diberikan kepada siswa, pengelolaan kelas, dan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.

“Sekali proses pendampingan ini dapat dilaksanakan dengan baik, guru bisa membuat perencanaan perbaikan atau pengembangan pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi kekuatan dan masalah tadi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas,” kata Ujang.

Susi Widianingsih, fasilitator pembelajaran kelas awal yang juga guru SDN 2 Sukasari, Caimis, menyebut pelatihan ini mengasah kemampuannya mengidentifikasi keberhasilan dan permasalahan dalam pembelajaran, terutama untuk membuat guru yang didampingi menjadi lebih terbuka untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Sementara Ani Suparti, fasilitator pembelajaran IPS yang juga guru SMPN 2 Sumber, Kabupaten Cirebon, merasakan kemampuannya menganalisis pembelajaran menjadi lebih fokus, detail, dan menyeluruh. “Sambil berlatih mendampingi guru, saya juga dengan sendirinya melatih diri meningkatkan kualitas pembelajaran saya di kelas,” ujar Ani.

Pada hari terakhir pelatihan, peserta diajak untuk mempraktikkan keterampilan identifikasi kekuatan dan masalah tersebut serta keterampilan pendampingan di sekolah, yaitu di SDN Ngoto dan SMPN 5 Sleman, Yogyakarta. Mereka mengamati kegiatan pembelajaran di kelas dan mempraktikkan kegiatan pendampingan kepada guru yang mengajar.

Tedy Mulyana, guru Matematika SMPN 1Cibarusah, Bekasi, yang melakukan praktik menjadi guru terdamping, merasa menemukan teman berbagi untuk meningkatkan proses pembelajaran. “Diskusi dengan fasilitator yang mendampingi, terungkapada beberapa siswa yang pasif hanya bergantung pada temannya. Perubahan strategi pengelompokan perlu ditempuh, misalnya dibentuk kelompok 3-4 siswa, agar komunikasi kelompok lebih intensif dan peluang partisipasi siswa lebih terbuka” katanya.

Sementara Kepala SDN Ngoto, Sutinem, menyampaikan rencananya untuk mengajak guru-gurunya menerapkan hasil pendampingan para fasilitator. ”Kami juga akan mengajak para guru untuk selalu menerapkan prinsip pembelajaran aktif secara efektif. Sebagai langkah awal, mulai besok, kami juga akan melaksanakan kegiatan membaca senyap setiap hari selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, terutama agar minat dan keterampilan membaca siswa meningkat,” tukasnya setelah berdiskusi dengan para fasilitator.

Para fasilitator nasional ini akan melatih fasilitator kabupaten/kota melalui ToT provinsi, yang kemudian akan melatih lebih dari 1.000  fasilitator daerah yang dipersiapkan untuk melatih para guru sekolah mitra melalui forum KKG atau MGMP. Para fasilitator yang terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, dan pengawas yang selama ini konsisten menerapkan pembelajaran aktif itu, diharapkan senantiasa mengembangkan komunitas belajar secara terus menerus. Bila hal itu dilakukan konsisten, maka guru akan menjadi pembelajar sepanjang hayat dan terjadi perbaikan proses pembelajaran secara berkelanjutan. [AH/DS]


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *