Apakah ada yang ingat tentang piringan hitam? Dahulu jauh sebelum ada ponsel dan alat elektronik lainnya, piringan hitamlah yang bertugas untuk memainkan lagu. Berbentuk bulat dan berukuran besar dibandingkan dengan CD saat ini, piringan hitam diputar dengan alat bernama turntable.
Piringan hitam juga dikenal dengan vinyl, namanya didapat dari bahan pembuat piringan hitam, yang sebelumnya terbuat dari lilin diganti dengan Polyvinyl chloride agar tidak mudah rusak. Maka dari itu piringan hitam sampai sekarang masih awet dan masih dikoleksi oleh pecinta musik jadul.
Banyak yang mengakui piringan hitam tidak tertandingi dari segi kualitas suara, musik lebih bagus dan terdengar halus. Selain itu mempunyai piringan hitam dan pemutarnya menambah unsur estetika di ruangan sehingga sering menjadi dekorasi.
Piringan hitam dijual di berbagai tempat, salah satu tempat yang paling terkenal dengan beragam barang antik terletak di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, bernama Pasar Antik. Tempatnya berupa toko-toko kecil yang terbuka, kebanyakan tidak ada pintunya, dan berjajaran memanjang, sepanjang Jalan Surabaya.
Saat menyurusi pasar, bisa dilihat berbagai barang mulai yang antik sampai yang baru. Salah satunya toko-toko penjual piringan hitam. Enaknya membeli di sini karena harganya yang terjangkau dan penjualnya terbuka untuk tawar-menawar.
Salah satu toko nomor 48, didepannya terdapat kotak-kotak disusun ke samping, di dalam kotak tersebut ada berbagai piringan hitam musisi barat zaman dulu dan kotak lainnya musisi Indonesia. The Cats, Seeker Circle, Feddy Fender, Chubby Checker, dan masih banyak lainnya. Langit-langitnya dihiasi piringan hitam yang digantung dengan tali, terlihat seperti dreamcatcher, ada juga piringan hitam yang dipaku pada dinding sebagai hiasan.
Di dalam toko juga terdapat rak bertingkat yang memuat banyak pilihan piringan hitam lainnya. Di depan rak tersebut, ada juga rak tempat pemutar CD dan pemutar piringan hitam, alat tersebut berguna untuk mengecek kembali apakah piringan hitam masih berfungsi atau sudah rusak. Kata pemiliknya, ruko ini sudah berdiri selama 30 tahun.
Ada juga toko dengan nomor 33 yang menjual piringan hitam. Selain piringan hitam yang berisi musik, di toko itu terdapat juga piringan laser disk film-film tempo dulu, seperti Robin Hood, Red Line, Saltwater Moose, Mr.Bean, dan masih banyak lainnya.
“Di sini saya masih baru, masih lamaan kakak saya yang tokonya di depan,” ujar Jul, penjual piringan hitam. Piringan hitam sudah seperti bisnis keluarga, karena Jul, kakaknya bernama Indra biasa dipanggil Ebot, dan Iwan sama-sama berjualan piringan hitam di Pasar Antik ini. Mereka memiliki toko yang berbeda-beda, yang paling lama berjualan adalah Indra.
“Piringan hitam biasanya musik zaman 40-an, kalau gak suka sayang kalau beli piringan hitam,” kata Ijal, pembeli piringan hitam. Ia mengaku membeli piringan hitam yang lagu penyanyinya ia sukai semua, karena menurutnya sia-sia jika hanya menyukai satu atau dua lagu saja.
Di toko nomor 16 terlihat laki-laki sedang duduk, sibuk menggulung pita kaset sambil diiringi lagu lama dari radio, Rizal namanya, penjual piringan hitam. Di tokonya banyak piringan hitam lagu barat dan Mandarin. Menurutnya piringan hitam yang paling banyak diminati dan dicari dari genre rock.
“Yang paling banyak dicari sih musik rock, kalau penyanyi The Beatles,” tutur Rizal.
Selain beli ditempat ternyata juga bisa memesan. “Kalau harganya cocok, sama-sama cocoklah, saya mau nyariin penyanyinya,” kata pemilik usaha piringan itu. “Biasanya dapat piringan hitamnya dari orang yang jual ke saya, atau gak saya cari sendiri sesuai penyanyi yang diinginkan,” lanjut Rizal.
Selain tiga toko tersebut, masih ada beberapa toko lainnya yang menjual piringan hitam. Sekali jalan ke sana bisa langsung mendapat banyak pilihan. Jika tidak ada piringan hitam yang di satu toko bisa dicari di toko lainnya. Selain itu harganya juga terjangkau dan bisa menawar.
Belanja piringan hitam di Pasar Antik juga disuguhkan dengan suasana zaman dulu, mungkin karena barang-barang yang dijual merupakan barang lama, sehingga orang-orang yang suka hunting foto bisa mengunjungi sekalian jalan-jalan ke Pasar Antik ini. (Fitri Bunga